BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Perilaku
menyimpang dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, di sekolah, dalam
keluarga, maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam materi patologi social
dinyatakan bahwa keadaan atau perilaku yang betul-betulnormal secara ideal,
tetapi yang ada keadaan antara normal dan abnormal. Oleh karen itu, batasan
dari perilaku menyimpang memiliki rentangan yang cukup luas. Wujud dari perilaku
penyimpang itu dapat bermacam-macam, mulai dari jenis yang tergolong masih
ringan hingga berat.
Masalah sosial merupakan ketidaksesuaian antara
unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok
sosial. Masalah sosial merupakan akibat interaksi sosial antara individu,
individu dengan kelompok maupun antar kelompok. Kepincangan-kepincangan yang
dianggap sebagai masalah sosial oleh masyarakat tergantung dari system sosial
masyarakat tersebut. Ada beberapa persoalan yang dihadapi oleh
masyarakat-masyarakat yang pada umumnya sama misalnya, kemiskinan,
kriminalitas, masalah kependudukan, masalah generasi muda dalam masyarakat
modern.
Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang
berbahaya karena pada periode itu seseorang meninggalkan tahap kehidupan
anak-anak untuk menuju ketahap selanjutnya yaitu tahap kedewasaan. Masa ini
dirasakan sebagai suatu krisis karena belum adanya pegangan sedangkan
kepribadiannya sedang mengalami pembentukan, pada waktu itu dia memerlukan
bimbingan terutama dari orang tua. Perkembangan
zaman yang telah maju dengan pesat telah mengubah gaya hidup remaja sekarang,
dari kebiasaan mereka, minat mereka, bahasa dan pakaian yang mereka gunakan,
politik dan musik yang mereka sukai, juga perkembangan seksualitas mereka.
Banyak
faktor dan sumber yang menjadi penyebab timbulnya perilaku menyimpangbaik yang
berasal dari dalam maupun yang dari luar diri individu yang bersangkutan.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, rumusan masalah makalah ini sebagai berikut:
1.
Apa yang dimaksud
dengan perilaku menyimpang?
2.
Apa wujud dari perilaku menyimpang
3.
Bagaimana keadaan/kondisi remaja yang potensial mengalami perilaku
menyimpang?
4.
Apa saja faktor-faktor penyebab timbulnya perilaku menyimpang?
5.
Bagaimana upaya orang tua dan guru untuk menanggulangi perilaku menyimpang?
1.3
TUJUAN
Berdasarkan rumusan
masalah diatas, tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Mampu
memahami pengertian perilaku
menyimpang.
2. Mampu
memahami wujud dari
perilaku menyimpang.
3. Mampu
memahami keadaan/kendisi
remaja yang mengalami perilaku menyimpang.
4. Mampu
memahami faktor-faktor
penyebab timbulnya perilaku menyimpang.
5. Mampu
memahami bagaiman cara
orang tua dan guru dalam menghadapi perilaku menyimpang.
1.4
MANFAAT
Berdasarkan tujuan
diatas, manfaat dari makalah ini yaitu:
1. Agar pembaca memahami
pengertian perilaku
menyimpang.
2. Agar pembaca memahami wujud dari perilaku menyimpang.
3. Agar pembaca memahami keadaan/kendisi remaja yang mengalami perilaku
menyimpang.
4. Agar pembaca memahami faktor-faktor penyebab timbulnya perilaku menyimpang.
5. memahami
bagaiman cara orang tua dan guru dalam menghadapi
perilaku menyimpang.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Perilaku Menyimpang
Perilaku seseorang
bisa dikatakan menyimpang bila mana perilaku tersebut dapat memungkinkan
dirinya sendiri maupun orang lain dan juga melanggar aturan-aturan,
nilai-nilai, dan norma baik agama, hukum maupun adat istiadat. Menurut Andi
Mappiare(1982) perilaku menyimpang itu juga disebut dengan “Tingkah Laku
Bermasalah”. Arti tingkah laku yang bermasalah yang masih dianggap wajar dan
dialami oleh remaja yaitu: tingkah laku yang masih dalam batas ciri-ciri
pertumbuhan dan perkembangan sebagai akibat adanya perubahan fisik dan psikis
serta masih dapat diterima sepanjang tidak merugikan dirinya sendri dan
masyrakat sekitarnya. Perilaku yang agresif ada yang menganggap sebagai
perilaku menyimpang karena telah melanggar tata krama dari budaya kita yang
canggung mengajarkan anak menjadi penurut. Dengan kata lain anak yang baik
adalah anak yang penurut apa yang dikehendaki oleh orang tua, guru, dan orang
dewasa lainnya. Padahaql menurut Medinus dan Jhonson (1979) perilaku agresif
tidak tidak mesti merugikan, tetapi juga sering menguntungkan, seperti anak
laki-laki yang agresif sering berhasil dalam berkompetensi dan gigih dalam
berusaha. Di samping itu Hurlock (1990) juga mengemukakan bahwa remaja yang
kematangannya terlambat dan sering di perlukan seperti anak-anak, hal ini dapat
menimbulkan siap dan perilaku yang menyimpang, seperti melawan, tidak patuh,
merusak dan sebagainya.
Menurut pandangan
aliran Behaviorisme (dalam Bill. S. Reksadjaya, 1981) peristiwa menyimpang itu
terjadi apabila:
1. Seseorang gagal
menemukan cara-cara penyelesaian yang cocok untuk perilakunya.
2. Seseorang belajar
tentang cara-cara penyusaian yang salah.
3. Seseorang dihadapkan
pada konflik-konflik yang tidak mampu di atasinya.
Untuk mengatasi timbulnya perilaku
menyimpang aliran Behaviorisme pengguanakan prinsip-prinsip teori belajar,
yaitu memberikana penguatan terhadap kondisi perilaku yang positif untuk
menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. Contohnya guru memberikan pujian
kepada anak yang datang lebih awal, anak yang disiplin dalam belajar, dan
menacuhkan anak-anak yang tidak patuh.
Menurut aliaran Humanisme bahwa
penyebab terjadinya perilaku menyimpang itu di sebabkan oleh:
1. Seseornag belajar
mengenai sikap penyesuaian yang salah.
2. Seseorang menggunakan
cara-cara mekanisme pertahanan diri secara berlebiahan.
Slavin (1976) menyatakan bahwa
remaja pada umumnya mengalami gangguan emosional dan ini dapat menimbulkan
perilaku menyimpang, seperti penyalah guanaan NAPZA dan penyimpangan seksual.
Menurut Maslow dan Mittelman (dalam
kartini dan kartono, 1985) ciri-ciri pribadi yang normal dan mental yang sehat
adalah:
1. Memiliki perasaan
aman.
2. Mempunyai
spontranitas dan emosionalitas yang tepat.
3. Mempunyai nilai
dirinya secara objektif dan positif.
4. Mempunyai kontak
dengan suatu realitas yang baik.
5. Memiliki
dorongan-dorongan dan nafsu jamaniah yang sehat serta memiliki kemampuan untuk
memenuhi pemanfaatannya.
6. Mempunyai pemahaman
diri yang baik.
7. Mempunyai tujuan
hidup yang baik.
8. Memiliki kemampuan
untuk belajar dari pengalaman hidupnya.
9. Ada kesanggupan untuk
memenuhi tuntutan dan kebutuhan kelompok dimana iya berada.
10. Ada sikap emansipasi
yang sehat terhadap kelompoknya dan kebudayaannya.
11. Ada integrasi dalam
kepribadiannya.
Sesuai dengan ciri-ciri tersebut
dapat dikemukakan bahwa remaja yang terlampau jauh atau banyak menyimpang dari
ciri-ciri tersebut dapat dikatakan perilakunya menyimpang.
Perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak sesuai
dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Perilaku
menyimpang dapat terjadi pada manusia muda, dewasa, atau tua baik laki-laki
maupun perempuan. Perilaku menyimpang ini tidak mengenal pangkat atau jabatan
dan tidak juga tidak mengenal waktu dan tempat. Penyimpangan bisa terjadi dalam
skala kecil maupun skala besar.Menurut Bruce J Cohen (dalam buku terjemahan
Sahat Simamora), Perilaku menyimpang didefinisikan sebagai perilaku yang tidak
berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat atau kelompok tertentu
dalam masyarakat. Batasan perilaku menyimpang ditentukan oleh norma-norma atau
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Suatu tindakan yang mungkin pantas
dan dapat diterima di satu tempat mungkin tidak pantas dilakukan di tempat yang
lain
Menurut Robert M.Z Lawang, perilaku menyimpang adalah
suatu tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu system
social.Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku menyimpang adalah perilaku manusia
yang bertentangan atau tidak sesuai dengan nilai-nilai atau norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat.
Masa remaja merupakan masa transmisi dari masa
kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja dalam gambaran yang umum merupakan suatu
periode yang dimulai dengan perkembangan masa pubertas dan menyelesaikan
pendidikan untuk tingkat menengah, dimana perubahan biologis yang membawanya
pada usia belasan (teenagers) seringkali mempengaruhi perilaku masa remaja.Dalam
kehidupan para remaja sering kali diselingi hal hal yang negative dalam rangka
penyesuaian dengan lingkungan sekitar baik lingkungan dengan teman temannya di
sekolah maupun lingkungan pada saat dia di rumah. Hal hal tersebut dapat
berbentuk positif hingga negative yang serng kita sebut dengan kenakalan
remaja. Kenakalan remaja itu sendiri merupakan perbuatan pelanggaran
norma-norma baik norma hukum maupun norma sosial.
Sedangkan Pengertian kenakalan remaja Menurut Paul
Moedikdo,SH adalah :
1. Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu
kejahatan bagi anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum
pidana, seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya.
2. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok
tertentu untuk menimbulkan keonaran dalam masyarakat.
3. Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan
perlindungan bagi sosial.
Adapun gejala-gejala
yang dapat memperlihatkan hal-hal yang mengarah
kepada kenakalan remaja :
kepada kenakalan remaja :
1. Anak-anak yang tidak disukai oleh teman-temannya
sehingga anak tersebut menyendiri. Anak yang demikian akan dapat menyebabkan
kegoncangan emosi.
2. Anak-anak yang sering menghindarkan diri dari tanggung
jawab di rumah atau di sekolah. Menghindarkan diri dari tanggung jawab biasanya
karena anak tidak menyukai pekerjaan yang ditugaskan pada mereka sehingga
mereka menjauhkan diri dari padanya dan mencari kesibukan-kesibukan lain yang
tidak terbimbing.
3. Anak-anak yang sering mengeluh dalam arti bahwa
mereka mengalami masalah yang oleh dia sendiri tidak sanggup mencari
permasalahannya. Anak seperti ini sering terbawa kepada kegoncangan emosi.
4. Anak-anak yang mengalami phobia dan gelisah
dalam melewati batas yang berbeda dengan ketakutan anal-anak normal.
5. Anak-anak yang suka berbohong.
6. Anak-anak yang suka menyakiti atau mengganggu
teman-temannya di sekolah atau di rumah.
7. Anak-anak yang menyangka bahwa semua guru mereka
bersikap tidak baik terhadap mereka dan sengaja menghambat mereka.
8. Anak-anak yang tidak sanggup memusatkan
perhatian.
·
Ciri-ciri
perilaku menyimpang
Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and
Reformationsebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai
berikut :
1) Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari
seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir).
2) Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar
(lingkungan). Misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua
dan anak yang tidak serasi.
Untuk
lebih jelasnya, berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya penyimpangan
seorang individu (faktor objektif), yaitu
1. Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan.
Seseorang yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam
kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas.
Keadaan itu terjadi akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna,
misalnya karena seseorang tumbuh dalam keluarga yang retak(broken home). Apabila
kedua orang tuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan sempurna maka anak itu
tidak akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga.
2. Proses
belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang karena
seringnya membaca atau melihat tayangan tentangperilaku menyimpang. Hal itu
merupakan bentuk perilaku menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang
menyimpang. karier penjahat kelas kakap yang diawali dari kejahatan
kecil-kecilan yang terus meningkat dan makin berani/nekad merupakan bentuk
proses belajar menyimpang.
3. Ketegangan
antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan antara kebudayaan
dan struktur sosial dapat mengakibatkanperilaku yang menyimpang. Hal itu
terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh
peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku
menyimpang.
4. Ikatan
sosial yang berlainan. Setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa
kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka
kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang.
5. Akibat
proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang. Seringnya media
massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan (perilaku
menyimpang)Hal inilah yang dikatakan sebagai prosesbelajar dari sub-kebudayaan
yang menyimpang,
·
Jenis-jenis perilaku menyimpang
Berdasarkan
kekerapan atau berat-ringannya penyimpangan
1) Penyimpangan Primer (Primary Deviation)
Ciri-cirinya :
a. Bersifat sementara / temporer
b. Gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku
menyimpang
c. Masyarakat masih mentolerir / menerima
Contoh: pegawai negeri yang membolos
kerja, banyak minum alkohol pada waktu pesta, siswa yang membolos atau
menyontek saat ujian dan pelanggaran lalu lintas.
2) Penyimpangan Sekunder (Secondary Deviation)
Ciri-cirinya :
a) Bersifat permanen / tetap
b) Gaya hidupnya didominasi oleh
perilaku menyimpang
c) Masyarakat tidak bisa
mentolerir perilaku menyimpang tersebut.
Contoh: pembunuhan, perjudian,
perampokan dan pemerkosaan.
Berdasarkan jumlah pelakunya
1) Penyimpangan Individu
Penyimpangan individu adalah
penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang individu dengan melakukan
tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku. Contohnya
pencurian yang dilakukan sendiri.
2) Penyimpangan Kelompok
Penyimpangan kelompok adalah
penyimpangan yang dilakukan secara berkelompok dengan melakukan
tindakan-tindakan menyimpang dari norma-norma masyarakat yang berlaku. Pada umumnya
penyimpangan kelompok terjadi dalam sub kebudayaan yang menyimpang yang ada
dalam masyarakat. Contohnya gank kejahatan atau mafia.
3) Penyimpangan Institusi
Penyimpangan institusi dilakukan
oleh organisasi yang melibatkan organisasi lainnya yang dilakukan rapih.
Sebagai contohnya tidakan korupsi yang dilakukan oleh para pejabat negara.
·
Sifat-sifat perilaku menyimpang
Secara
umum, terdapat dua sifat penyimpangan, yaitu:
1. Penyimpangan yang bersifat positif
Penyimpangan yang bersifat positif adalah penyimpangan
yang memiliki dampak positif terhadap sistem sosial karena mengandung unsur
inovatif, kreatif dan memperkaya alternatif. Umumnya, penyimpang ini dapat
diterima masyarakat karena sesuai dengan perubahan zaman. Contoh, emansipasi
wanita dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan banyak wanita karier
2. Penyimpangan yang bersifat negatif
Dalam penyimpangan yang bersifat negatif, pelaku
bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan berakibat buruk
serta mengganggu sistem sosial. Tindakan dan pelakunya akan dicela dan tidak
diterima masyarakat. Bobot penyimpangan dapat diukur menurut kaidah sosial yang
dilanggar. Contoh, seorang koruptor selain harus mengembalikan kekayaan yang
dimilikinya kepada negara, juga tetap dikenakan hukuman penjara.
2.2 Wujud Perilaku Menyimpang
Batasan tentang perilaku menyimpang
tidak begitu jelas dan sangat luas, sebagai acuan bahwa perilaku dapat
dikatakan menyimpang, maka Gunarsa (1986) mengolongkan kedalam dua jenis yaitu:
1. Penyimpangan tingkah
laku yang bersifat moral dan asosial yang tidak di ataur dalam undang-undang
sehingga dapat di golongkan dalam pelanggaran hukum. Contohnya adalah:
berbohong, membolos, kabur atau pergi dari rumah, membaca buku porno, berpesta
pora semalam suntuk, berpakaian tidak pantas, dan minum-minuman keras.
2. Penyimpangan tingkah
laku yang bersifat melanggar hukum dengan menyelesaikan sesuai dengan
undang-undang dan hukum, yang biasa di sebut dengan kenakanlan remaja. Contohnya
adalaha: berjudi, membunuh, memperkosa, dan mencuri.
Berdasarkan
batasan tentang tingkah laku menyimpang tersebut, dapat dikemukakan bahwa
perilaku menyimpang yang sering terjadi pada remaja adalah;
1. Suka bolos/cabut
sebelum pelajaran berakhir.
2. Tidak suka
bergaul/suka menyendiri.
3. Suka berbohong kepada
orang tua, guru, dan orang lain.
4. Suka berkelahi atau
mengganggu temannya pada waktu belajar.
5. Suka merusak
fasilitas sekolah dan lain-lain.
6. Sering mencuri
barang-barang kepunyaan orang lain.
7. Suka cari perhatian.
8. Ugal-ugalan/kebut-kebutan
di jalan sehingga mengganggu lalu lintas
dan membhayaan dirinya sendiri dan orang lain.
9. Kecanduan narkoba/
obat-obatan terlarang.
10. Suka mabuk-mabuk dan
mengganggu ketenangan orang lain.
11. Melakukan pemerkosaan
dan hubungan seks bebas.
12. Melakukan perjudian
(dengan menggunakan uang sebagai bahan taruhannya).
13. Melakukan pemerasan
untuk mendapatkan uang.
14. Suka melawan guru dan
personil sekolah lainnya.
15. Berfikiran/bersifat
dan berpliku ekstrim/radikal.
2.3 Keadaan/Kondisi Remaja Yang Potensial
Mengalami Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang tidaklah terjadi
secara mendadak, tetapi melalui suatu proses yang lama dan kadang-kadang
menunjukkan suatu gejala. Beberapa gejala yang tampak yaitu:
1. Remaja tersebut tidak
disukai oleh teman-temannya, akibatnya sering menyendiri.
2. Remaja yang
menghindarkan diri dari tanggang jawab baik di rumah maupun disekolah.
3. Remaja yang sering
mengeluh, berarti dia tidak mampu mengatasi masalahnya.
4. Remaja yang suka
berbohong.
5. Remaja yang sering mengganggu/menyakiti
temannya atau orang lain.
6. Remaja yang tidak
menyayangi guru atau mata pealajaran disekolah.
2.4 Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Prilaku
Menyimpang
Banyak faktor atau kondisi yang
dapat menyebabkan timbulnya perilaku menyimpang, baik yang berasal dari dalam
maupun yang berasal dari dalam diri individu yang bersangkutan.
Hasil studi Symond yang di kutip oleh Moh.Surya ( 1983
) menyatakan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga yang sering bertengkar
ternyata lebih banyak mengalami masalah,bila dibandingkan dengan anak-anak yang
berasal dari keluarga yang harmonis.
Selanjutnya hasil studi Levin
mengungkapkan bahwa 90% anak-anak yang bersifat jujur itu berasal dari keluarga
yang keadaanya stabil dan harmonis dang 75% anak-anak pembohong berasal dari
keluarga yang tidak harmonis.
Secara garis besar faktor penyebab
terjadinya perilaku menyimpang berasal dari:
1. faktor yang berasal dari dalam diri Individu yang
bersangkutan
prilaku menyimpang yang terjadi pada remaja ternyata
juga ditimbulkan oleh kondisi atau keadaan si remaja itu sendiri,seperti :
a. potensi kecerdasan rendah sehingga tidak mampu
memenuhi tuntutan akademik sebadaimana diharapkan. Akibatnya iya
mengalami frustasi, konflik batin dan rendah diri.
b. Mempunyai masalah yang tidaak terpecahkan.
c. Kemampuan penyesuaian diri rendah.
d. Tingkah lakunya yang menyimpang itu mendapatkan
penguatan dari lingkungan.
e. Tidak menemukan figur yang dapat digunakan sebagai
pedoman dalam kehidupan sehari-hari..
2. faktor yang berasal dari luar individu
faktor yang terjadinya perilaku menyimpang yang
bersumber dari luar diri individu terdiri dari lingkungan keluarga dan faktor
lingkungan skolah.
a. Lingkungan keluarga
1) suasana kehidupan keluarga yang tidak menimbulkan rasa
aman.
2) kontrol orang tua rendah menyebabkan berkurangnya
disiplin dalam kehidupan keluarga
3) orang tua bersikap otoriter terhadap anak
4) tuntutan orang tua terlalu tinggi atau tidak sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki anak.
5) kehadirannya dalam keluarga tidak diinginkan sehingga orang tua
tidak menyayanginya.
6) remaja diperlakukan seperti anak kecil oleh orang tuanya
atau orang dewasa lainnya.
b. Lingkungan sekolah
1) Tuntutan kurikulum yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
dibandingkan dengan kemampuan rata-rata anak yang bersangkutan.
2) Longgarnya disiplin di sekolah menyebabkan
terjadinya pelanggaran peraturan yang ada.
3) Anak-anak sering tidak belajar karena guru jarang
masuk sehingga perilaku anak tidak terkontrol.
4) Pendekatan yang dilakukan guru tidak sesuia dengan
perkembangan remaja.
5) Sarana dan prasarana di sekolah kurang memadai, akibatnya
aktivitas anak sangat terbatas. Hal ini menimbulkan perasaan tidak puas bagi
anak dan memicu terjadinya penyimpangan perilaku.
c. Lingkungan Masyarakat
1) Kurangnya partisipasi aktif dari masyaarakat
2) Media cetak/elektronik yang beredar secara bebas yang
sebenarnya belum layak untuk remaja, misalnya gambar porno, buku cerita porno/cabul
3) Adanya contoh di lingkungan masyarakat yang kurang
menguntungkan bagi perkembangan remaja. Misalnya main judi, minuman
keras dan pelacuran.
·
Masalah
yang dihadapi remaja
a. Masalah Emosi
b. Masalah Penyesuaian Diri
c. Masalah Perilaku Seksual
d. Masalah Perilaku Sosial
e. Masalah Moral
f. Masalah Keluarga
·
Bentuk
bentuk perilaku menyimpang
2. Penyalahgunaan
Narkotika
3. Perkelahian
Antarpelajar
5. Berjudi
·
Dampak
perilaku menyimpang
Berbagai bentuk perilaku menyimpang yang ada di
masyarakat akan membawa dampak bagi pelaku maupun bagi kehidupan masyarakat
pada umumnya.
Berbagai bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan
oleh seorang individu akan memberikan dampak bagi si pelaku. Berikut ini
beberapa dampak tersebut.
a.
Memberikan pengaruh psikologis atau penderitaan kejiwaan serta tekanan
mental terhadap pelaku karena akan dikucilkan dari kehidupan masyarakat atau
dijauhi dari pergaulan.
b. Dapat
menghancurkan masa depan pelaku penyimpangan.
c. Dapat
menjauhkan pelaku dari Tuhan dan dekat dengan perbuatan dosa.
d. Perbuatan
yang dilakukan dapat mencelakakan dirinya sendiri.
Perilaku penyimpangan juga membawa dampak bagi orang
lain atau kehidupan masyarakat pada umumnya. Beberapa di antaranya adalah
meliputi hal-hal berikut ini.
a. Dapat
mengganggu keamanan, ketertiban dan ketidakharmonisan dalam masyarakat.
b. Merusak
tatanan nilai, norma, dan berbagai pranata sosial yang berlaku di masyarakat.
c. Menimbulkan
beban sosial, psikologis, dan ekonomi bagi keluarga pelaku.
d. Merusak
unsur-unsur budaya dan unsur-unsur lain yang mengatur perilaku individu dalam
kehidupan masyarakat.
Dampak yang ditimbulkan sebagai akibat perilaku
penyimpangan sosial, baik terhadap pelaku maupun terhadap orang lain pada
umumnya adalah bersifat negatif. Demikian pula, menurut pandangan umum,
perilaku menyimpang dianggap merugikan masyarakat. Namun demikian, menurut
Emile Durkheim, perilaku menyimpang tidak serta merta selalu membawa dampak
yang negatif. Menurutnya, perilaku menyimpang juga memiliki kontribusi positif
bagi kehidupan masyarakat. Adapun beberapa kontribusi penting dari perilaku
menyimpang yang bersifat positif bagi masyarakat meliputi hal-hal berikut ini.
2.5 Upaya Orang Tua Dan Guru
Untuk Menanggulangi Perilaku Menyimpang
Penyimpangan perilaku remaja atau
siswa tidak hanya merugikan dirinya dan masa depannya, tetapi juga mengganggu
orang lain dan memusnahkan harapan orang tua, sekolah dan bangsa. Oleh karena
itu di perlukan adanya tindakan nyata dari berbagai pihak untuk menanggulanginya.
Usaha itu dapat bersifat pencegahan (preventive), pengentesan (curative),
pembentukan (corrective), dan penjagaan atau pemeliharaan (perseven
ative). Secara konkrit usaha-usaha tersebut dapay dilakukan sebagai
berikut:
a. Usaha Yang Dapat Dilakukan
Oleh Keluarga
v
Menciptakan hubungan yang harmonis di antara
anggota keluarga. Dengan demikian dapat diciptakan suasana yang aman dan damai
bagi anak-anak mereka, lebih terasa tinggal dirumah dari pada mengemukakan
kesulitannya kepada orang tua untuk mendapatkan batuan, pemecahan dan
bimbingan.
v
Orang tua jangan terlalu menurut secara
berlebihan kepada anak untuk berprestasi/memaksakan kehendaknya untuk mengambil
jurusan/bidang studi yang dimiliki anak. Misalnya anak harus mengambil jurusan
eksata agar nanti jadi ahli teknik atau jadi dokter, padahal kemampuan anak
tidak mendukung untuk jurusan itu. Akibatnya anak tidak berprestasi/gagal dalam
studynya, sehingga ia merasa tersiksa atau frustasi. Hal ini mungkinnya timbul
perilaku menyimpang bagi anak tersebut.
v
Membantu mengatasi berbagai kesulitan yang
dialami oleh remaja. Banyak mungkin persoalan yang timbul pada masa remaja
seperti pertumbuhan anggota badan yang tidak sempurna, canggung dalam hubungan
sosial, perasaan malas untuk mengerjakan tugas sekolah, kondisi emosinya sangat
sensitif, sehingga mudah tersinggung dan emosinya terganggu. Semua itu dapat mempengaruhi
kegiatan belajarnya, akhirnya mengalami kesulitan dalambelajar. Oleh karena itu
pengertian dan bantuan orang tua sangat di perlukan.
b. Usaha Yang Dapat
Dilakukan Oleh Sekolah
v
Menegakkan disiplin sekolah
Penegaan disiplin ini
beralaku untuk semua personil sekolah, bagi siswa perlu ketertiban pakaian
seragam sekolah, kehadiran dan pulang sekolah serta penegakan
peraturan-peraturan sekolah. Penegakan disiplin ini bagi guru dimaksudkan
adalah tidak terlalu banyak jam belajar yang hilang di sebabkan oleh guru yang
jarang masuk/terlambat ini berakibat siswa menganggur dan cabut/keluyuran.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak sesuai
dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Perilaku
menyimpang dapat terjadi pada manusia muda, dewasa, atau tua baik laki-laki
maupun perempuan. Perilaku menyimpang ini tidak mengenal pangkat atau jabatan
dan tidak juga tidak mengenal waktu dan tempat.
Batasan tentang perilaku menyimpang
tidak begitu jelas dan sangat luas, sebagai acuan bahwa perilaku dapat
dikatakan menyimpang yang di bedakan menjadi dua jenis yaitu: Penyimpangan
tingkah laku yang bersifat moral dan asosial yang tidak di ataur dalam
undang-undang sehingga dapat di golongkan dalam pelanggaran hukum. Dan
penyimpangan tingkah laku yang bersifat melanggar hukum dengan menyelesaikan
sesuai dengan undang-undang dan hukum, yang biasa di sebut dengan kenakanlan
remaja
Beberapa gejala yang tampak dari
keadaan/kondisi remaja yang berpilaku menyimpang yaitu: Remaja tersebut tidak
disukai oleh teman-temannya, akibatnya sering menyendiri, Remaja yang
menghindarkan diri dari tanggang jawab baik di rumah maupun disekolah, Remaja
yang sering mengeluh, berarti dia tidak mampu mengatasi masalahnya, Remaja yang
suka berbohong, Remaja yang sering mengganggu/menyakiti temannya atau orang
lain, Remaja yang tidak menyayangi guru atau mata pealajaran disekolah.
Faktor- faktor timbulnya perilaku
menyimpang yaitu: faktor yang berasal
dari dalam diri Individu yang bersangkutan dan faktor yang berasal dari luar individu.
Usaha orang tua dan guru dalm mengatasi
perilaku menyimpang yaitu: Menciptakan hubungan yang harmonis di antara anggota
keluarga. Orang tua jangan terlalu menurut secara berlebihan kepada anak untuk
berprestasi/memaksakan kehendaknya untuk mengambil jurusan/bidang studi yang
dimiliki anak. Membantu mengatasi berbagai kesulitan yang dialami oleh remaja. Dan
menegakkan disiplin sekolah.
3.2
Saran
Dalam segala hal mungkin selalu ada kekeliruan setiap melaksanakan suatu perbuatan.
Begitu juga dalam penulisan makalah ini, kami juga menyadari bahwa masih banyak kekeliruan dan mungkin juga kekurangannya. Baik dari segi penulisan maupun isi dari makalah ini.
Untuk itu kami sangat mengharapkan saran maupun kritik yang membangun.
DAFTAR
PUSTAKA
Mudjiran. 2006. Perkembangan Peserta Didik.
Padang. Universitas Negeri Padang
Muin,
Idianto. 2006. Sosiolog. Jakarta. Erlangga
Hamid
Hasan, Said, Dkk. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya Dan
Karakter Bangsa. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum
Kementrian Pendidikan Nasional.
Maryati,
Kun dan Juju Suryawati.2007. Sosiologi 1. Jakarta. Exis
0 komentar nya:
Post a Comment