BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Makanan merupakan
kebutuhan pokok bagi manusia. Tubuh manusia memperoleh tenaga dan
energi dari makanan. Fungsi makanan antara lain menyediakan materi yang
dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh serta memperbaiki jaringan yang rusak. Yang
diperlukan tubuh sebenarnya zat makanan atau sari makanan yang terkandung
didalam bahan makanan yang kita konsumsi mengandung zat makanan yang siap
dipakai oleh tubuh. Untuk dapat dipakai pastinya bahan makanan haruslah dicerna
terlebih dahulu, untuk itu dibutuhkan alat – alat pencernaan.
Proses pencernaan
ini dibagi menjadi dua cara yaitu yang pertama secara mekanik (dengan bantuan
otot - otot) dan secara kimiawi (dengan bantuan saliva, enzim maupun getah).
Dan hasilnya yaitu zat – zat makanan yang dapat digunakan oleh tubuh untuk
melakukan aktivitas hidupnya. Organ – organ pencernaan terdiri atas : mulut
(gigi lidah dan saliva), esophagus (kerongkongan), lambung, usus halus, usus
besar.
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembanganorganisme,
diantaranya adalah makanan. Makanan mempunyai peranan yang sangat penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia dan hewan . Melaluimakanan, hewan dapat memperoleh nutrisi yang
dibutuhkan oleh tubuhnya. Nutrisi tersebut berupa karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, air dan garam mineral.
Struktur
alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi
rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makanannya. pada
hewan invertebrata alat pencernaan makanan umumnya masih sederhana, dilakukan
secara fagositosis dan secara intrasel, sedangkan pada hewan-hewan vertebrata
sudah memiliki alat pencernaan yang sempurna yang dilakukan secara ekstrasel.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa konsep nutrisi?
2.
Bagaimana klasifikasi makanan?
3.
Bagaimana mekanisme pencernaan makanan?
4.
Bagaimana mekanisme absorpsi?
5.
Bagaiman mekanisme pengaturan rasa lapar
dan kenyang?
1.3
Tujuan Penulisan
1.
Masisiswa mampu menjelaskan dan menganalisis
konsep nutrisi.
2.
Masisiswa mampu menjelaskan dan
menganalisis klasifikasi makanan.
3.
Masisiswa mampu menjelaskan dan
menganalisis mekanisme pencernaan makanan.
4.
Masisiswa mampu menjelaskan dan
menganalisis mekanisme absorpsi.
5.
Masisiswa mampu menjelaskan dan
menganalisis mekanisme pengaturan rasa lapar dan kenyang.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Konsep Nutrisi
Nutrisi
adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu
energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses
kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Rock CL (2004), nutrisi adalah proses
dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan
kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ baik
antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi. Sedangkan menurut Supariasa
(2001), nutrisi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan unuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi.
2.2
Klasifikasi Makanan
Makanan
diperlukan oleh tubuh makhluk hidup, perama-ama untuk memperoleh energi. Energi
diperoleh dari bahan makanan berupa energi kimia yang disimpan di dalam sel
yaitu ATP.
Sumber
energi utama bagi manusia ialah hidrat arang. Pada makanan yang seimbang
makanan manusia memerlukan 50-70 persen kalori berasal dari dari hidrat arang.
Lemak dan protein juga sebagai sumber energi dan dapat menggantikan hidrat
arang pada makanan. Lemak biasanya ditimbun dalam tubuh jika makanan cukup atau
berlebih, tapi jika diperlukan akan segera diubah menjadi energi. Banyak hewan
untuk beberapa bulan dapat hidup hanya dari lemak cadangan ini. Bahan esensial
yang diperlukan tubuh ialah bahan-bahan hasil pencernaan seperti monosakarida,
trigliserida sederhana dan asam amino.
1.
Protein merupakan makanan yang sangat
penting. Nilai gizi dari berbagai jenis protein tidak sama. Protein hewan
hampir seluruhnya dapat digunakan tubuh, sedang protein nabati hanya 10-40
persen saja yang dapat dipergunakan (di absorbsi) oleh tubuh. Selain itu
protein mempunyai perbedaan kandungan asam amino. Protein hewan mengandung
semua asam amino esensial seperti: leusin, isoleusin, lisin, valin, fenilanin,
triptofan, metionin, treonin, dan histidin. Asam amino esensial tidak bisa
disintesis oleh tubuh hewan. Pada hewan pemakan rumput (Ruminantia) seperti
pada sapi, kambing dan kerbau asam amino esensial diperoleh dari mikroba
(bakteri) yang ada didalam lambungnya. Karena itu tidak memerlukan asam amino
esensial dalam makanannya.
2.
Lemak. Lemak selain lemak cadangan ada
yang disebut lemak esensial yaitu lemak yang penting sebagai penyusun membran
plasma, miokondria dan lain-lain. Hewan dapat mensintesis lemak dari hidrat
arang dan protein kecuali lemak esensial. Lemak esensial ialah lemak yang
mengandung asam lemak tidak jenuh dan lemak yang kompleks seperti kolesterol.
Sebagian besar hewan dapat mensintesis lemak esensial sendiri.
3.
Hidrat arang. Merupakan sumber energi
yang diperlukan oleh semua hewan. Selain itu hidrat arang akan berlaku sebagai
pelindung terhadap kebutuhan protein tubuh. Kebutuhan protein oleh tubuh akan
lebih sedikit jika kita cukup makan hidrat arang. Sebaliknya jika kita makanan
hewan semuanya protein, hidrat arang akan disintesa dari metabolisme protein.
Telah dikatakan bahwa hidrat asing,
lemak dan protein merupakan makanan yang mengandung energi. Hidrat arang
mengandung 4,2 kalori, lemak 9,3 kalori dan protein 4,3 kalori untuk tiap gram.
Manusia waktu istirahat total memerlukan 1500 kalori, kerja ringan ± 2000
kalori dan jika kerja berat memerlukan 4000-5000 kalori.
4.
Air. Merupakan bahan yang esensial bagi
semua makhluk hidup. semua reaksi biokimia memerlukan air. Air diperoleh dari
makanan, atau dari hasil oksidasi makanan yang disebut air metabolik. Air
metabolik terutama diperoleh dari oksidasi lemak.
5.
Mineral (unsur-unsur). 70% dari seluruh
mineral yang membangun tubuh mammalia terdiri atas kalsium, natrium, kalium,
fosfor (P), belerang (S) dan klor. Mineral tersebut diperlukan untuk pembangun,
regulasi dan juga untuk pigmen.
a. Kalsium
(Ca) merupakan kation yang sangat penting dan terdapat pada tubuh terutama pada
tulang dan gigi. Kalsium diperlukan oleh tubuh dalam proses pembekuan darah,
permeabilitas membran sel dan aktivitas otot dan saraf. Pada orang dewasa
diperlukan 1 gr kalsium setiap hari sedang anak-anak membutuhkan 2 gr per hari.
Sumber-sumber kalsium ialah: kacang-kacangan, sayuran, telur dan susu.
b. Fosfor
(P) diperlukan paling banyak untuk pembentukan tulang dan gigi. Dua puluh
persen dari fosfor yang ada didalam tubuh berkombinasi dengan gula, protein dan
lemak. Untuk manusia diperlukan kira-kira 1 gr tiap hari. Sumber fosfor yang
baik adalah susu dan telur.
c. Natrium
(Na) diperlukan untuk memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh. Diperlukan
manusia kira-kira 5 mg/ hari mudah diperoleh dari makanan.
d. Kalium
(K) terdapat di dalam tubuh yang berfungsi untuk keseimbangan asam-basa, untuk
aktivitas otot dan saraf, kira-kira diperlukan 4 gr K setiap hari.
e. Chlor
(Cl) diperlukan oleh tubuh keseimbangan asam-asam dalam bentuk NaCl. Sangat penting untuk pembentukan HCl di
lambung. Mudah didapat dari garam dalam makanan.
f. Belerang
(S) diperlukan untuk pembentukan protein. Jika diperlukan untuk pembentukan
rambut (keratin). Rambut hewan mammalia memerlukan belerang yang cukup tinggi
setiap hari.
g. Besi
(Fe) penting untuk respirasi. Ditemukan dalam siokrom, mioglobin dan
hemoglobin. Ditemukan juga pada keringat dan struktur yang berasal dari
epidermis seperti kuku dan rambut. Sumber Fe terdapat pada sayur hijau, telur,
susu, ikan dan hati (liver).
6.
Vitamin. Ada dua kategori untuk vitamin
yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak ialah A,
D, E dan K. Vitamin yang larut dalam air ialah: B dan C. Vitamin sangat penting
sebagai bagian dari berbagai enzim.
a. Vitamin
A mempunyai fungsi untuk memelihara jaringan epitel. Defisiensi vitamin A
menyebabkan keratinisasi dari jaringan epitel. Vitamin A juga merupakan bagian
dari pigmen penglihatan (Rhodapsin). Kekurangan vitamin A menyebabkan rabun
ayam. Keratinisasi menyebabkan kerusakan kornea yang menyebabkan kebutaan
(Xerophthalmia). Kelebihan vitamin A juga menyebabkan keracunan dengan gejala
sakit sendi. Sumber vitamin A ialah ikan, susu, mentega, telur (merahnya),
buah-buahan berwarna kuning, wortel dan sayuran.
b. Vitamin
B merupakan kelompok vitamin yang terdiri atas: Thiamin dalam bentuk
persenyawaan dengan fosfat berperan sebagai koenzim untuk karboksilase. Vitamin
ini disebut aneurin atau vitamin B1. Defisiensi vitamin B1 pada
mammalia menyebabkan gangguan pada saraf, peredaran darah dan pertumbuhan.
Beri-beri merupakan salah satu gejala kekurangan vitamin B1. Sapi dan
binatang memmamah biak lain tidak memerlukan vitamin B1 karena dapat
mensintesis sendiri dengan bantuan bakteri dan pada lambungnya. Vitamin B1
ditemukan terutama pada kulit beras. Satu hari orang dewasa memerlukan
1,5-2 mg sedang anak-anak memerlukan 0,5-1 mg.
c. Viamin
B2 (Riboflavin) merupakan komponen dari FAD (
Flavin adenin dinukleotida) suatu koenzim dalam ransfer hidrogen pada pernafasan sel. Defisiensi vitamin B2 menyebabkan keilosis (bibir dan sudut mulut pecah dan luka), glositis dan kelainan pada mata (bertambah sensitif atau fotopobi). Riboflavin terdapat pada telur, susu, ragi, daging dan sayur segar. Pada manusia diperlukan 1,4-2,5 mg/hari dan anak-anak memerlukan 0,5-1 mg/hari.
Flavin adenin dinukleotida) suatu koenzim dalam ransfer hidrogen pada pernafasan sel. Defisiensi vitamin B2 menyebabkan keilosis (bibir dan sudut mulut pecah dan luka), glositis dan kelainan pada mata (bertambah sensitif atau fotopobi). Riboflavin terdapat pada telur, susu, ragi, daging dan sayur segar. Pada manusia diperlukan 1,4-2,5 mg/hari dan anak-anak memerlukan 0,5-1 mg/hari.
d. Asam
Nikotin merupakan vitamin yang penting dalam pernapasan sel yaitu sebagai
bagian dari NAD dan NADP. Kedua koenzim di atas merupakan pembawa hidrogen.
Keduanya terdapat pada respirasi sel, tapi NADP terdapat pula pada fotosintesis
untuk membawa atom H dari pemecahan air. Defisiensi vitamin ini menyebabkan
pellagra (pella=kulit, agra=kasar) dengan ciri-ciri dermatitis (penyakit
kulit), mencret (diare) dan gangguan pusat saraf (kemunduran mental). Sumber
vitamin: sayur hijau, tomat, telur, susu, ginjal dan hati. Manusia memerlukan
4-19 mg tiap hari tergantung kepada umurnya.
e. Asam
Pantotenat seperti B1 setelah berkombinasi dengan fosfat membentuk
koenzim karboksilase berperan dalam pembentukan asetil KoA suatu zat antara
pada pernafasan sel. Kekurangan vitamin ini menyebabkan gangguan saluran
pencernaan makanan (diare), gastritis dermatitis dan gangguan sisem saraf.
Terdapat pada telur, susu, hati, ginjal, dan tomat. Diperlukan antara 10-15
gram tiap hari.
f. Vitamin
B6 (piridoksin) merupakan komponen koenzim di dalam metabolisme asam
amino yang berperan dalam dekarboksilasi dan transaminasi. Vitamin ini
diperlukan oleh semua hewan di dalam makanannya. Defisiensi vitamin ini pada
tikus menyebabkan dermatitis.
2.3
Mekanisme Pencernaan Makanan
Organ pencernaan pada hewan vertebrata meliputi saluran pencernaan
(tractus digestivus) dan kelenjar pencernaan (glandula digestoria).
1. Sistem Pencernaan Pada
Ikan (Pisces)
Saluran pencernaan pada
ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di dalam rongga mulut terdapat
gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar
mulut yang tidak dapat digerakan serta banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak
menghasilkan ludah (enzim).
Dari rongga mulut
makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar
insang. Esofagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang insang, dan
bila tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan makanan di
dorong masuk ke lambung, lambung pada umumnya membesar, tidak jelas batasnya
dengan usus.
Pada beberapa jenis
ikan, terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan makanan. Dari
lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan sama
besarnya. Usus bermuara pada anus.
Saluran Pencernaan
(Tractus Digestivus)
v Mulut
Bagian
terdepan dari mulut adalah bibir, pada ikan-ikan tertentu bibir tidak berkembang
dan malahan hilang secara total karena digantikan oleh paruh atau rahang.
v Rongga
mulut (cavum oris)
Di
bagian belakan mulut terdapat ruang yang disebut rongga mulut. Rongga mulut ini
berhubungan langsung dengan segmen faring. Secara anatomis organ yang terdapata
pada rongga mulut adalah gigi, lidah dan organ palatin. Permukaan rongga mulut
diselaputi oleh lapisan sel permukaan (epitelium) yang berlapis. Pada lapisan
permukaan terdapat sel-sel penghasil lendir (mukosit) untuk mempermudah
masuknya makanan. Disamping mukosit, di bagian mulut juga terdapat organ
pengecap (organ penerima rasa) yang berfungsi menyeleksi makanan.
v Faring
Lapisan
permukaan faring hampir sama dengan rongga mlut, masih ditemukan organ
pengecap, Sebagai tempat proses penyaringan makanan.
v Esofagus
Permulaan
dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti pipa, mengandung lendir untuk
membantu penelanan makanan. Pada ikan laut, esofagus berperan dalam penyerapan
garam melalui difusi pasif menyebabkan konsentrasi garam air laut yang diminum
akan menurun ketika berada di lambung dan usus sehingga memudahkan penyerapan
air oleh usus belakang dan rectum (proses osmoregulasi).
v Lambung
Lambung
merupakan segmen pencernaan yang diameternya relatif lebih besar bila
dibandingkan dengan organ pencernaan yang lain. Besarnya ukuran lambung
berkaitan dengan fungsinya sebagai penampung makanan.
v Pilorus
Pilorus
merupakan segmen yang terletak antara lambung dan usus depan. Segmen ini sangat
mencolok karena ukurannya yang mengecil/menyempit.
v Usus
( intestinum)
Merupakan
segmen yang terpanjang dari saluran pencernaan. Intestinum berakhir dan
bermuara keluar sebagai anus. Merupakan tempat terjadinya proses penyerapan zat
makanan
v Rektum
Rektum
merupakan segmen saluran pencernaan yang terujung. Secara anatomis sulit
dibedakan batas antara usus dengan rektum. Namun secara histologis batas antara
kedua segmen tersebut dapat dibedakan dengan adanya katup rektum.
v Kloaka
Kloaka
adalah ruang tempat bermuaranya saluran pencernaan dan saluran urogenital. Ikan
bertulang sejati tidak memiliki kolaka, sedangkan ikan bertulang rawan memiliki
organ tersebut.
v Anus
Anus
merupakan ujung dari saluran pencernaan. Pada ikan bertulang sejati anus
terletak di sebelah depan saluran genital. Pada ikan yang bentuk tubuhnya
memanjang, anus terletak jauh dibelakang kepala bedekatan dengan pangkal ekor.
2.
Sistem Pencernaan Pada Amfibi
Sistem pencernaan
makanan pada amfibi, hampir sama dengan ikan, meliputi saluran pencernaan dan
kelenjar pencernaan. salah satu binatang amphibi adalah katak. Makanan katak
berupa hewan-hewan kecil (serangga).
Saluran pencernaan
(Tractus Digestivus)
v Rongga mulut
Terdapat gigi
berbentuk kerucut untuk memegang mangsa dan lidah untuk menangkap mangsa.
v Esofagus
Berupa saluran
pendek.
v Ventrikulus (lambung)
Berbentuk kantung
yang bila terisi makanan menjadi lebar. Lambung katak dapat dibedakan menjadi
2, yaitu tempat masuknya esofagus dan lubang keluar menuju usus.
v Intestinum (usus)
Dapat dibedakan
atas usus halus dan usus tebal. Usus halus meliputi: duodenum. jejenum, dan
ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya.
v Usus
Usus tebal berakhir pada rektum dan menuju kloaka.
v Kloaka
Merupakan muara
bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran reproduksi, dan urine.
3. Sistem Pencernaan Pada
Reptil
Sebagaimana pada ikan
dan amfibi, sistem pencernaan makanan pada reptil meliputi saluran pencernaan
dan kelenjar pencernaan. Reptil umumnya karnivora (pemakan daging).
Saluran pencernaan
(Tractus Digestivus)
v Rongga mulut
Bagian rongga
mulut disokong oleh rahang atas dan bawah, asing-masing memiliki deretan gigi
yang berbentuk kerucut, gigimenempel pada gusi dan sedikit melengkung ke arah
rongga mulut. Pada rongga mulut juga terdapat lidah yang melekat pada tulang lidah
dengan ujung bercabang dua.
v Esofagus (kerongkongan),
Merupakan saluran
di belakang rongga mulut yang menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung.
Di dalam esophagus tidak terjadi proses pencernaan.
v Ventrikulus (lambung)
merupakan tempat
penampungan makanan dan pencernaan makanan berupa saluran pencernaan yang
membesar dibelakang esophagus. Disini makanan baru mengalami proses pencernaan.
Pada bagian fundus pylorus makanan dicerna secara mekanik dan kimia.
v Intestinum
Terdiri atas
usus halus dan usus tebal yang bermuara pada anus.
4. Sistem Pencernaan Pada
Burung (Aves)
Organ pencernaan pada
burung terbagi atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Makanan burung
bervariasi berupa biji-bijian, hewan kecil, dan buah-buahan.
Saluran pencernaan
(Tractus Digestivus)
v Paruh
Paruh merupakan modifikasi dari gigi.
v Rongga mulut
Terdiri atas
rahang atas yang merupakan penghubung antara rongga mulut dan tanduk.
v Faring
v Berupa saluran
pendek, esofagus: pada burung terdapat pelebaran pada bagian ini disebut
tembolok, berperan sebagai tempat penyimpanan makanan yang dapat diisi dengan
cepat.
v Lambung
Terdiri atas
Proventrikulus (lambung kelenjar): banyak menghasilkan enzim pencernaan,
dinding ototnya tipis. Ventrikulus (lambung pengunyah/empedal): ototnya
berdinding tebal. Pada burung pemakan biji-bijian terdapat kerikil dan pasir
yang tertelan bersama makanan vang berguna untuk membantu pencernaan dan
disebut sebagai ” hen’s teeth”,
v Intestinum
Inesinum terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada kloaka. Usus
halus pada burung terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum.
5. Sistem Pencernaan pada
Hewan Mamah Biak (Ruminansia)
Hewan-hewan herbivora
(pemakan rumput) seperti domba, sapi, kerbau disebut sebagai hewan memamah biak
(ruminansia). Sistem pencernaan makanan pada hewan ini lebih panjang dan
kompleks. Makanan hewan ini banyak mengandung selulosa yang sulit dicerna oleh
hewan pada umumnya sehingga sistem pencernaannya berbeda dengan sistem
pencernaan hewan lain.
Perbedaan sistem
pencernaan makanan pada hewan ruminansia, tampak pada struktur gigi, yaitu
terdapat geraham belakang (molar) yang besar, berfungsi untuk mengunyah
rerumputan yang sulit dicerna. Di samping itu, pada hewan ruminansia terdapat
modifikasi lambung yang dibedakan menjadi 4 bagian, yaitu: rumen (perut besar),
retikulum (perut jala), omasum (perut kitab), dan abomasum (perut masam).
Dengan ukuran yang
bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%,
retlkulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasums 7-8′/o. Pembagian ini terlihat
dari bentuk gentingan pada saat otot spingter berkontraksi. Abomasum merupakan
lambung yang sesungguhnya pada hewan ruminansia.
Makanan dari
kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi
makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan
fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis
protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di
tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar
(disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua
kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada
omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan
bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya
dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh
enzim.
Hewan herbivora, seperti
kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur lambung seperti halnya pada
sapi untuk fermentasi selulosa. Proses fermentasi atau pembusukan yang
dilakukan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banvak mengandung bakteri.
proses fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi yang terjadi dilambung.
Akibatnya, kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena pencernaan
selulosa hanya terjadi satu kali, yaitu pada sekum. Sedangkan pada sapi, proses
pencernaan terjadi dua kali, yaitu pada lambung dan sekum keduanya dilakukan
oleh bakteri dan protozoa tertentu. Adanya bakteri selulotik pada lambung hewan
memamah biak merupakan bentuk simbiosis mutualisme yang dapat menghasilkan
vitamin B serta asam amino. Di samping itu, bakteri ini dapat ,menghasilkan gas
metan (CH4), sehingga dapat dipakai dalam pembuatan biogas sebagai sumber
energi altematif.
2.4
Mekanisme Absorpsi
Hasil
akhir pencernaan karbohidrat adalah gula sederhana (glukosa, fruktosa, dan
galaktosa), hasil akhir pencernaan lemak adalah asam lemak dan gliserol.
Sedangkan hasil akhir pencernaan protein adalah asam-asam amino. Vitamin,
mineral, air, pada dasarnya tidak mengalami pencernaan, sehingga tetap pada
bentuk aslinya.
Dalam
hubungannya dengan pencernaan, absorpsi diartikan sebagai: melintasnya zat-zat
makanan (gula sederhana, asam lemak, gliserol, asam amino, vitamin, air,
mineral, dan zat-zat lain) dari lumen usus ke dalam sistem sirkulasi. Absorpsi
terutama berlangsung didalam usus halus dengan cara difusi, osmosis, transpor
aktif. Hanya sedikit makanan yang diserap dalam lambung, karena disamping
pencernaan memang belum tuntas, permukaan serap lambung memang tidak luas. Beberapa
zat yang diserap dalam lambung antara lain adalah obat dan alkohol. Permukaan
didalam usus halus diperluas dengan adanya vili, yang didalamnya mengandung
kapiler-kapiler, venula-venula dan pembuluh limpa. Dengan adanya vili tersebut,
absorpsi dapat berlangsung lebih baik.
Hampir
seluruh karobohidrat di absorpsi dalam bentuk glukosa, fruktosa, galaktosa. Protein
di absorpsi terutama dalam bentuk asam amino meskipun diduga sejumlah protein
bermolekul amat kecil dapat di absorpsi oleh usus. Gula sederhana dan asam
amino tersebut di absorpsi melalui proses pasif (difusi terbantu) dan proses
aktif (transpor aktif). Pada saat konsentrasi gula sederhana asam amino dalam
lumen usus tinggi (sehabis makan), maka absorpsi dilakukan terutama secara
pasif, namun bila konsentrasinya menjadi lebih rendah dari pada konsentrasi
dalam darah, maka absorpsi dilakukan secara aktif.
Asam
lemak dan gliserol akan di absorpsi secara difusi sederhana. Berbeda dengan
gula sederhana dan asam amino yang di ransfer dari lumen usus ke dalam
sirkulasi darah, asam lemak dan gliserol ditransfer ke dalam pembuluh limpa
(lakteal) dengan sebelumnya di sintesis terlebih dahulu menjadi trigliserida
didalam sel-sel epitelium usus. Trigliserida akan berkumpul bersama dengan
fosfolipid dan kolesterol menjadi tetes-tetes lemak (chylomicrons) dari
lakteal tetes lemak bersirkulasi didalam sistem pembuluh limpa yang akhirnya
akan masuk ke sirkulasi darah melalui “ductus thoracicus”.
Sebagian
besar air dan elektrolit di absorpsi secara aktif vitamin-vitamin yang larut
didalam air di absorpsi langsung kedalam darah, sedangkan vitamin-vitamin yang
larut dalam lemak pertama kali masuk ke sirkulasi limpa, selanjutnya masuk ke
darah. Di dalam darah banyak yang larut dalam air bersirkulasi secara bebas,
sedangkan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak.
1. Karbohidrat
Mekanisme Absorpsi karbohidrat :
Monosakarida (glukosa, fruktosa, dan galaktosa) → diabsorpsi→ melalui sel
epitel usus halus. Bila konsentrasi monosakarida cukup tinggi : absorpsi secara
pasif . Bila konsentrasi turun : absorpsi secara aktif. Glukosa dan galaktosa
lebih cepat diabsorpsi daripada fruktosa. Monosakarida melalui vena porta
dibawa ke hati di mana fruktosa dan galaktosa diubah menjadi glukosa. Jadi
semua disakarida pada akhirnya diubah menjadi glukosa.
2. Lemak
Proses absorpsi lemak : Hasil
pencernaan lipida → diabsorpsi ke dalam membran mukosa usus halus → dengan cara
difusi pasif.
Makanan akan melewati kerongkongan
menuju lambung, tempat penyerapan lemak berlangsung. Di sini, 10-20% lemak dari
makanan dipecah. Lemak tersebut akan memasuki usus kecil, di mana tetes-tetes
lemak besar diuraikan lebih lanjut oleh kontraksi usus (peristaltik) dan
emulsifier (asam empedu dan lesitin) menjadi tetesan lemak yang lebih kecil.
Sebagian besar lemak pada makanan
berbentuk trigliserida. Trigliserida terdiri dari rangka struktur gliserol
dengan tiga asam lemak yang menempel dan menjadi bentuk molekuler seperti huruf
besar E. Enzim lipase gastrointestinal memecah trigliserida yang terdapat di
tetesan lemak kecil menjadi asam lemak bebas dan monogliserida, yang cukup
kecil untuk memasuki sel-sel mukosa dinding usus. Untuk itu, molekul-molekul
ini harus dapat larut dalam air.
Asam empedu membungkus asam lemak
bebas, monogliserida, vitamin yang larut dalam lemak, lesitin dan kolesterol
untuk membentuk tetesan mikroskopik larut air yang disebut misel. Misel
kemudian menuju dinding sel dinding usus, di mana asam lemak bebas dan
monogliserida melewati membran dan memasuki sel. Misel sendiri tidak melewati
membran. Setelah memasuki sel mukosa, asam lemak dan monogliserida bergabung
lagi menjadi trigliserida. Proses pencernaan selesai dan lemak dapat diedarkan
melalui sistem limfatik menuju sistem peredaran darah lalu ke seluruh tubuh
untuk digunakan sebagai energi atau disimpan di sel lemak yang disebut dengan
adiposit.
3. Protein
Absorpsi ini menggunakan mekanisme
transpor natrium seperti halnya pada absorpsi glukosa. Asam amino →
memasuki sirkulasi darah → melalui vena porta → dibawa ke hati →
sebagian digunakan oleh hati dan sebagian lagi melalui sirkulasi darah dibawa
ke sel-sel jaringan. Sebagian besar asam amino telah diabsorpsi pada saat asam
amino sampai di ujung usus halus.
Beberapa jenis protein karena
struktur fisika atau kimianya tidak dapat dicerna dan dikeluarkan melalui usus
halus tanpa perubahan. Protein yang tidak dapat diabsorpsi akan masuk ke dalam
usus besar. Dalam usus besar terjadi metabolisme mikroflora kolon dan produknya
dikeluarkan dalam bentuk feses.
2.5
Mekanisme Pengaturan Rasa Lapar Dan
Kenyang
Mekanisme
terjadinya rasa lapar/kenyang sangatlah kompleks. Pusat rasa lapar/kenyang
terdapat pada batang otak (hypothalamus). Hipotalamus merupakan bagian ujung
anterior diensefalon dan di depan nucleus interpedunkularis. Hipotalamus
terbagi dalam berbagai inti dan dareah inti. Hipotalamus
terletak pada anterior dan inferior thalamus. Berfungsi mengontrol dan mengatur
system saraf autonomy. Pengaturan hipotalamus terhadap nafsu makan terutama
bergantung pada interaksi antara dua area, yaitu area nafsu makan (lateral) di
anyaman nucleus berkas prosensefalon medial pada pertemuan dengan 20 serabut
polidohipotalamik, serta pusat rasa kenyang (medial) di nucleus vebtromedial
(Fauci, 2008).
Nafsu
makan dan rasa lapar muncul sebagai akibat perangsangan beberapa area di
hipotalamus yang menimbulkan rasa lapar dan keinginan untuk mencari dan
mendapatkan makanan (Fauci, 2008).
Pusat-pusat
nafsu makan tersebut saling terhubung melalui sinyal-sinyal kimia sehingga
dapat mengkoordinasikan perilaku makan dan persepsi rasa kenyang.
Nukleus-nukleus tersebut juga mempengaruhi sekresi berbagai hormon yang
mengatur energi dan metabolisme (Fauci, 2008).
Pusat
rasa lapar dan kenyang pada hipotalamus tersebut dipadati oleh reseptor untuk
neurotransmitter dan hormon yang mempengaruhi perilaku makan. Secara umum
penyebab umum kesulitan makan pada anak dibedakan dalam 3 faktor, diantaranya
adalah hilang nafsu makan, gangguan proses makan di mulut dan pengaruh
psikologis. Beberapa faktor tersebut dapat berdiri sendiri tetapi sering kali
terjadi lebih dari 1 faktor. Penyebab paling sering adalah hilangnya nafsu
makan (Guyton dan Hall, 2006).
Nafsu
makan dalam tinjauan gizi seimbang, dapat dikatakan baik dan dan dapat juga
dapat dikatakan tidak baik, bila nafsu makan dikatakan baik maka proses makan
guna memenuhi kebutuhan gizi tubuh terutama keseimbangan energi akan berjalan
maksimal. Namun jika nafsu makan dikatakan tidak baik, ada dua hal kemungkinan
akan terjadi, yaitu nafsu makan yang berlebihan (rakus) dan nafsu makan
berkurang atau hilang (Guyton dan Hall, 2006).
Nafsu
makan yang berlebihan (terlihat rakus) artinya intake makanan akan melebihi
kebutuhan tubuh akibatnya adalah peningkatan berat badan yang tidak 21 dikehendaki
dan beberapa akibat lainnya. Sebaliknya nafsu makan berkurang/hilang akan
mengakibatkan penurunan berat badan yang tidak dikehendaki dan beberapa akibat
lainnya, kemungkinan kedua ini sering dikatakan sebagai kesulitan makan yang
mana penyebabnya sangat dipengaruhi oleh gangguan proses makan (fisiologis) dan
pengaruh psikologis (Guyton dan Hall, 2006).
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Sistem
pencernaan (digestive system) merupakan sistem organ dalam hewan
multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta
mengeluarkan sisa proses tersebut melalui dubur. Proses pencernaan makanan
berlangsung di dalam saluran pencernaan makanan. Proses tersebut di mulai dari
rongga mulut. Berdasarkan prosesnya, pencernaan makanan dapat dibedakan
menjadi dua macam seperti berikut: Proses mekanis, yaitu pengunyahan oleh gigi
dengan dibantu lidah serta peremasan yang terjadi di lambung. Proses kimiawi,
yaitu pelarutan dan pemecahan makanan oleh enzim-enzim pencernaan dengan
mengubah makanan yang ber-molekul besar menjadi molekul yang berukuran kecil.
Alat-alat
pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran
pencernaan terdiri atas mulut, pharynk, esophagus, lambung, usus halus, usus
besar, dan berakhir pada anus. Sedangkan kelenjar pencernaan terdiri atas
kelenjar ludah, kelenjar lambung, kelenjar usus, hati, dan pankreas. Adapun
gangguan-gangguan yang disebabkan oleh system pencernaan adalah: diare,
sembelit, peritonitis, apendisitas, kolik, dan ulkus.
3.2
Saran
Dalam segala hal mungkin selalu ada kekeliruan setiap
melaksanakan suatu perbuatan. Begitu juga dalam penulisan makalah ini, kami
juga menyadari bahwa masih banyak kekeliruan dan mungkin juga kekurangannya. Baik dari segi penulisan maupun
isi dari makalah ini. Untuk itu kami sangat mengharapkan saran maupun kritik
yang membangun.
0 komentar nya:
Post a Comment