BAB
I PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Sebagai ilmu yang mempelajari
tentang seluk-beluk struktur kata, morfologi pun menjadi salah satu ilmu dasar
dalam bidang linguistik. Ia bisa diposisikan setelah bidang fonologi.
Itulah sebabnya, morfologi selalu dipelajari setelah fonologi.
Tidak banyak orang yang sudah mempelajari tentang seluk-beluk struktur kata.
Memang semua orang sudah mengerti kata-kata bahasa, memang kelihatan masalah
sepele, namun struktur kata sangat penting sekali bagi kita sebagai warga
Indonesia, karena di setiap negara mempunyai bahasa nasional, dan kesepakatan
bahasa yang digunakan dalam berbahasa.
2. Rumusan
Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.Frase
2.Klausa
3.Kalimat
BAB
II ISI
A. Frase
Pengertian Frase adalah satuan
gramatikal berupa gabungan kata yang bersifat non predikatif yang mengisi salah
satu fungsi sintaksis. Pembentuk frase adalah morfem bebas. Frase tidak
mempunyai predikat. Contoh : kamar mandi, bukan sepeda.
Frase mungkin untuk diselipi kata lain. Contoh : adik saya menjadi adik milik
saya.
Salah satu unsur frase tidak dapat dipindahkan sendiri, melainkan harus
bersama-sama. Contoh :
Nenek membaca koran di teras depan.
Depan nenk membaca koran di teras. (tidak berterima)
2. Jenis
Frase
a. Frase eksosentrik
Yaitu frase yang komponennya tidak
memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Misal frase di
pasar. Secara utuh dapat mengisi fungsi keterangan, tapi komponen di atau pasar
saja tidak dapat menduduki fungsi tersebut. Frase eksosentrik dibedakan menjadi
:
b.frase eksosentrik direktif
Frase eksosentrik yang komponen
pertama berupa preposisi (di, dari, ke) dan komponen kedua berupa kata atau
kelompok kata berkategori nomina.
Frase ini disebut juga frase preposisional karena komponen pertama berupa
preposisi. Contoh : di pasar, dari kayu jati, demi kemakmuran, dsb.
c. frase eksosentrik non
direktif
Frase eksosentrik yanga komponen
pertama berupa artikulus si, sang atau kata lain seperti yang, para, kaum,
sedang komponen kedua berupa kata atau kelompok kata berkategori nomina,
ajektifa, dan verba. Contoh : si miskin, para jurnalis,kaum cendekiawan.
d. Frase endosentrik
Yaitu frase yang salah satu unsurnya memiliki perilaku
sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Salah satu unsurnya dapat
menggantikan kedudukan keseluruhan. Contoh : sedang membaca menjadi membaca.
Frase endosentrik disebut juga frase modifikasi karena komponen kedua mengubah
atau membatasi makna komponen pertama. Contoh : membaca, diberi sedang berarti
pekerjaan sedang berlangsung.
Selain disebut sebagai frase modofikasi, juga sering disebut sebagai frase
subordinatif karena salah satu komponennya berlaku sebagai komponen atasan
(inti) dan yang lainnya sebagai komponen bawahan. Frase subordinatif, dilihat
dari kategori intinya ada frase nomina, verba, ajektifa, dan numeral.
e. Frase koordinatif
Yaitu frase yang terdiri dari dua
atau lebih komponen yang sederajat dan dapat dihubungkan oleh konjungsi
koordinatif (dan, atau, tetapi, baik…maupun). Contoh : sehat dan kuat, buruh
atau majikan.
Frase koordinatif yang tidak menggunakan konjungsi secara eksplisit disebut
frase parataksis. Contoh : hilir mudik, tua muda.
f. Frase apositif
Yaitu frase yang kedua komponmennya
saling merujuk sesamanya sehingga urutannya dapat dipertukarkan. Contoh :
Pak Ahmad, guru saya, sedang sakit, menjadi
Guru saya, Pak Ahmad,sedang sakit.
3.
Perluasan
Frase
Biasanya dilakukan di sebelah kanan
atau kiri. Dalam Bahasa Indonesia, perluasan frase sangat produktif karena :
1) untuk menyatakan konsep-konsep khusus atau sangat
khusus.
2) pengungakapan konsep kala, modalitas, aspek, jenis,
jumlah, ingkar dan pembatas tidak dinyatakan dengan afiks.
3) keperluan untuk memberi deskripsi secara
terperinci.
B. Klausa
1. Pengertian
Klausa adalah satuan sintaksis
berupa runtutan kata berkonstruksi predikatif. Artinya dalam konstruksi itu
wajib ada komponen (kata atau frase) yang berfunsi sebagai predikat. Dalam
klausa, subjek juga wajib ada. Objek wajib ada jika predikat berupa verba
transitif. Jika bukan verba transitif, maka yang muncul adalah pelengkap.
Keterangan tidak wajib dalam klausa.
Klausa jika diberi intonasi final akan berpotensi menjadi kalimat mayor,sedang
kata akan menjadi kalimat minor.
2. Jenis
klausa
1) berdasarkan strukturnya :
- klausa bebas
yaitu klaua yang punya unsur-unsur
lengkap sekurang-kurangnya subjek dan predikat dan berpotensi menjadi kalimat
mayor.
- klausa terikat
struktur tidak l;engkap, mungkin
hanya S saja, P saja, O saja, aau K saja dan tidak berpotensi menjadi kalimat
mayor. Klausa ini biasa dikenali dengan adanya konjungsi subordinatif di
depannya disebut klausa subordinatif (bawahan) yang hadir bersama klausa
atasan.
2) berdasarkan kategori unsur segmental yang menjadi
predikatnya :
Dibedakan menjadi klausa verbal, numeral, nominal, ajektifal, advertbial, dan
proposisional.
Klausa verbal dibedakan menjadi klausa transitif, intransitive, refleksif, dan
resiprokal.
C. Kalimat
1. Pengertian
Kalimat adalah satuan yang langsung
digunakan dalam berbahasa. Atau satuan sintaksis yang disusun dari konstituen
dasar , klausa, dilengkapi konjungsi bila diperlukan. Kalimat bisa berasal dari
klausa yang diberi intonasi final.
2. Jenis
kalimat
- Kalimat inti dan non inti
Kalimat inti (dasar) adalah kalimat
yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap bersifat deklaratif, aktif/netral,
dan afirmasif. Kalimat inti dapat diubah menjadi kalimat non inti dengan
berbagai transformasi : pemasifan, pengingkaran, penanyaan, dsb.
Kalimat inti + transformasi = kalimat non inti
3.
Kalimat
tunggal dan kalimat majemuk
Perbedaan keduanya berdasarkan
banyaknya klausa dalam kalimat. Jika terdiri dari satu klausa, disebut kalimat
tunggal. Jika terdiri dari dua atau lebih klausa disebut kalimat majemuk.
Berkenaan dengan sifat hubungan klausa-klausa dalam kalimat, kalimat majemuk dibedakan
menjadi :
- kalimat majemuk koordinatif (setara)
Klausa-klausanya punya status yang
sama. Biasanya dihubungkan dengan konjungsi dan, atau, tetapi dan lalu. Bisa
juga tanpa menggunakan konjungsi.
- kalimat majemuk subkoordinatif (bertingkat)
Klausa-klausanya punya status yang
tidak sama. Klausa satu disebut klausa atasan, sedang lainnya disebut klausa
bawahan. Konjungsi yang digunakan : kalau, ketika, meskipun, dan karena.
Proses terbentuknya kalimat majemuk subkoordinatif ada dua sudut yang
bertentangan :
- sebagai hasil penggabungan dua klausa atau lebih
- hasil proses perluasan terhadap salah satu unsur klausanya
Kalimat majemuk kompleks yaitu
kalimat yan terdiri dari tiga klausa atau lebih, ada yang dihubungkan secara
koordinatif dan juga subkordinatif sehingga merupakan campuran dari koordinatif
dan subkoordinatif dan disebut sebagai kalimat majemuk campuran.
4.
Kalimat
mayor dan minor
Perbedaannya berdasarkan lengkap
tidaknya klausa yang menjadi konstituen dasar. Kalimat mayor harus punya subjek
dan predikat.Jika tidak ada salah satunya, maka termasuk kalimat minor.
5.
Kalimat
verbal dan nonverbal
Kalimat verbal dibentuk dari klausa
verbal, predikat berkategori verba. Kalimat verbal dibedakan menjadi kalimat
intransitive, trnsitif, pasif, aktif, dinamis, dan statis.
Kalimat non verbal yaitu kalimat yang predikatnya bukan verba.
6.
Kalimat
bebas dan terikat
Pembedaan dikaitkan dengan paragraf
yang kalimat-kalimatnya adalah satuan-satuan yang berhubungan.
Kalimat bebas dapat disendirikan, dapat memulai suatu paragraf dan berpotensi
menjadi ujaran lengkap.
Sedang kalimat terikat tidak dapat disendirikan, harus terikat dengan kalimat
lain, tidak dapat memulai suat paragraf, dan tidak dapat berdiri sendiri sebagai
sebuah ujaran lengkap.
7.
Intonasi
kalimat
Intonasi merupkan ciri utama yang
membedakan kalimat dari klausa.
Macam intonasi :
- Tekanan : ciri-ciri suprasegmental yang menyertai ujaran
- Tempo : waktu yang dibutuhkan untuk melafalkan suatu arus ujaran
- Nada : diukur berdasarkan kenyarinagn ssuatu segmen.
BAB
III SIMPULAN
1. Kesimpulan
-Frase adalah satuan gramatikal berupa gabungan kata
yang bersifat non predikatif yang mengisi salah satu fungsi sintaksis.
Pembentuk frase adalah morfem bebas. Frase tidak mempunyai predikat. Jenis Frase, antara lain frase eksosentrik, frase endosentrik,
frase koordinatif, frase apositif
-Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtutan kata
berkonstruksi predikatif. Artinya dalam konstruksi itu wajib ada komponen (kata
atau frase) yang berfunsi sebagai predikat. Dalam klausa, subjek juga wajib
ada. Objek wajib ada jika predikat berupa verba transitif. Jika bukan verba
transitif, maka yang muncul adalah pelengkap. Keterangan tidak wajib dalam
klausa.
-Kalimat adalah satuan yang langsung digunakan dalam
berbahasa. Atau satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar , klausa,
dilengkapi konjungsi bila diperlukan. Kalimat bisa berasal dari klausa yang
diberi intonasi final.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.co.id
endonesa.wordpress.com
0 komentar nya:
Post a Comment