BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah
Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang di Indonesia, Jepang mulai
menanamkan system penjajahan menggantikan pemerintah Hindia Belanda. Lajunya
kemenangan pasukan Jepang seperti badai yang mampu menyapu tempat-tempat
pertahanan Hindia Belanda. Namun kemenangan Jepang itu tidak secara fisik saja
karena keunggulan militer dan teknologinya, tetapi dibalik itu sebenarnya
terdapat dorongan bangsa Indonesia sendiri yang bosan terhadap penjajahan
Belanda, apalagi Jepang menggunakan propaganda yang mampu menembus kebencian
terhadap kolonialisme pada umunya.
Masa pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada
tanggal 17 Agustus 1945 seiring dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh
Soekarno dan M. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Pada Juli 1942, Soekarno menerima
tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang
juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan para
Kyai didekorasi oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943.
Tetapi,
pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung di
mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di
daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan,
terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan hukuman
mati, dan kejahatan perang lainnya.
Orang
Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam
penguasaan Jepang. Jepang membentuk persiapan kemerdekaan yaitu BPUPKI (Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu
junbi chōsa-kai dalam bahasa Jepang. Badan ini bertugas
membentuk persiapan-persiapan pra-kemerdekaan dan membuat dasar negara dan
digantikan oleh PPKI yang bertugas menyiapkan kemerdekaan.
B. Tujuan
Penulisan
makalah ini selain bertujuan untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Kajian
IPS SD juga bertujuan untuk membahas dan memberi informasi mengenai penjajahan
Jepang di Indonesia.
C.
Rumusan
Masalah
1. Mengapa
Jepang menjajah Indonesia?
2. Bagaimana
Jepang masuk ke Indonesia?
3. Apa
tujuan Jepang menjajah Indonesia?
4. Kebijakan
apa yang dibuat Jepang untuk Indonesia?
5. Adakah
perlawanan dari rakyat Indonesia?
6. Bagaimana
proses proklamasi kemerdekaan RI?
7. Apa
dampak dari penjajahan Jepang terhadap bangsa Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Latar
Belakang Jepang Menjajah Indonesia
Pada tanggal 14 Februari 1942, Jepang menyerang Indonesia dan segera
menguasai Sumatra Selatan. Tanggal 1 Maret dini hari, mereka mendarat di Jawa
dan dalam waktu delapan hari, Letnan Jendral Ter Poorten, Panglima Tentara
Hindia Belanda (KNIL), Menyerah atas nama seluruh angkatan perang Sekutu di
Jawa. Pendudukan bangsa Jepang atas wilayah Indonesia sebagai negara
imperialis, tidak jauh berbeda dengan negara-negara imperialisme lainnya.
Kedatangan bangsa Jepang ke Indonesia berlatar belakang masalah ekonomi, yaitu
mencari daerah-daerah sebagai penghasil bahan mentah dan bahan baku untuk
memenuhi kebutuhan industrinya dan mencari tempat pemasaran untuk hasil-hasil
industrinya. Sehingga aktivitas perekonomian bangsa Indonesia pada zaman Jepang
sepenuhnya dipegang oleh pemerintah Jepang.
B. Masuknya Jepang ke Indonesia
Pada tanggal 8 Maret 1942, Jenderal
Tjarda van Starkenborgh Stachouwer (Gubernur Jenderal Belanda), Letnan Jenderal
Ter Poorten (Panglima tentara Hindia Belanda), serta pejabat tinggi militer dan
seorang penerjemah pergi ke Kalijati. Dari pihak Jepang hadir Letnan Jenderal
Imamura. Dalam pertemuan itu, Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang.
Dengan demikian, secara resmi masa penjajahan Belanda di Indonesia berakhir.
Jepang berkuasa di Indonesia. Bukan kemerdekaan dan kesejahteraan yang didapat
bangsa Indonesia. Situasi penjajahan tidak berubah. Hanya kini yang menjajah Indonesia
adalah Jepang.
Kedatangan
Jepang pada umumnya diterima dengan penuh semangat. Rakyat percaya bahwa Jepang
datang untuk memerdekakan, dan Jepang makin disenangi karena segera mengizinkan
dikibarkannya bendera nasional Indonesia merah putih, dan dikumandangkannya
lagu kebangsaan Indonesia raya, dua hal penting yang dulu dilarang oleh
Belanda. Alasan penting kenapa penjajahan Jepang justru diterima oleh mayoritas
kaum terpelajar Indonesia adalah karena penguasa baru itu dapat lebih
meningkatkan status sosial ekonomi orang Indonesia, hanya dengan kelayakan
saja, tanpa kekerasan. Lebih-lebih lagi, dalam waktu enam bulan sejak
kedatangannya, Jepang memenjarakan semua penduduk Belanda, sebagian besar orang
Indo, dan sejumlah orang Kristen Indonesia yang dicurigai pro-Belanda kedalam
kamp-kamp konsentrasi. Jumlah personil pemerintah militer Jepang hanya sedikit,
oleh karena itu mereka terpaksa mengambil orang-orang Indonesia untuk mengisi
lowongan hampir semua jabatan tingkat menengah, atasan bidang administrasi dan
teknisi yang dulu diduduki orang Belanda atau Indo. Jadi, hampir semua personil
Indonesia dalam bidang pemerintahan, mendapat kenaikan pangkat satu, dan bahkan
sering dua atau tiga tingkat dalam hirarki tempat mereka bekerja. Dari situlah
Jepang mula-mula memenangkan dukungan dari rakyat Indonesia. Karena alasan ini
dan karena mereka diterima dengan tangan terbuka oleh penduduk, Orang Jepang
tampaknya tidak mendapat tantangan nyata apa pun sebelumnya dari para pemimpin
nasionalis. Mereka dapat dengan mudah mengambil sumber-sumber kekayaan
Indonesia demi tujuan kepentingan perang mereka, tanpa harus mengadakan
persetujuan dengan kaum nasionalis Indonesia. Berdasarkan keyakinan ini, mereka
membentuk pergerakan tiga A pada tanggal 29 April 1942. Pada saat itu, Jepang
memperkenalkan dan memprogandakan semboyan dan semangat Jepang, yaitu “Nippon
pemimpin Asia, Nippon pelindung Asia, dan Nippon cahaya Asia”.
Pergerakan
itu bertujuan mengumpulkan dukungan untuk tujuan perang Jepang dan kemakmuran
bersama Asia Timur Raya. Jepang terlalu dini untuk percaya bahwa mereka tidak
perlu menggarap nasionalisme Indonesia untuk mencapai tujuan-tujuannya lebih
lanjut, karena kenyataannya orang Indonesia yang mereka pilih untuk memimpin
pergerakan tersebut adalah Mr. Raden Samsoedin, jelas bukan seoang pemimpin
nasionalis eselon pertama. Orang Jepang segera menyadari kekeliruan perkiraan
ini. Meskipun propagandanya hebat, Pergerakan Tiga A sebenarnya sangat melempem
(gagal). Ternyata kemakmuran ekonomi Indonesia dinomorduakan dibawah
kepentingan Jepang, tanpa suatu imbalan yang memadai bagi Indonesia. Nusantara
dikuras habis bahkan makanannya, minyak dan kinanya, sementara barang-barang
pokok yang sangat diperlukan seperti barang sandang dan onderdil-onderdil tidak
masuk lagi. Jepang mengawasi kurikulum sekolah secara kasar dengan tangan besi.
Mereka memaksakan bahasa Jepang sebagai pengganti bahasa Belanda di
sekolah-sekolah menengah atas, dan sebagai bahasa resmi dikalangan pemerintah.
Ini semua menimbulkan reaksi-reaksi negatif yang tajam.
Yang lebih
penting dan lebih meresap dihati hampir seluruh penduduk Indonesia adalah
antagonisme yang tajam yang diciptakan oleh kekerasan yang keterlaluan, serta
kekurangajaran yang sering ditunjukan oleh orang Jepang dalam pergaulan dengan
orang Indonesia. Dalam waktu beberapa bulan saja, Jepang mulai menyadari bahwa
mereka tidak lagi mendapat dukungan dari massa maupun mayoritas orang Indonesia
terpelajar. Suatu rasa tidak senang terhadap Jepang terus tumbuh di kalangan
rakyat mulai nyata dan ditunjukkan dengan mendadakan pemberontakan sebelum
tahun 1942 berakhir. Jepang mulai khawatir pada permusuhan yang jelas serta
perlawananan yang kadang oleh pelajar sekolah dan mamhasiswa. Mereka cemas
terutama setelah mengetahui bahwa dibentuk organisasi-oraganisasi bawah tanah
yang terdiri dari mahasiswa-mahasiswa ini maupun para pemimpin politik.
Mereka mulai
memahami bahwa pergerakan kebangsaan Indonesia adalah suatu kekuatan yang nyata
dan kuat, dengan apa harus dicapai suatu cara penyelesaian tertentu, jika
mereka menghendaki tercapainya tujuan-tujuan penjajahan yang minim sekalipun.
Menyadari hal ini, Jepang mengubah kebijakan politiknya secara radikal.
Pertama-tama mereka mengalihkan perhatian kepada para pemimpin nasionalis, yang
mereka yakini bahwa pemimpin tersbut benar-benar disukai rakyat.
C. Tujuan Jepang Menjajah Indonesia
·
Menjadikan Indonesia sebagai daerah penghasil dan
penyuplai bahan mentah dan bahan baker bagi kepentingan industri Jepang.
·
Menjadikan Indonesia sebagai tempat pemasaran hasil
industri Jepang. Indonesia dijadikan tempat pemasaran hasil industri Jepang
karena jumlah penduduk Indonesia sangat banyak.
·
Menjadikan Indonesia sebagai tempat untuk mendapatkan
tenaga buruh yang banyak dengan upah yang relatif murah.
Dengan tujuan tersebut maka Jepang
harus mampu membungkus tujuan yang jelas-jelas merugikan bangsa Indonesia
dengan berbagai propaganda agar diterima oleh bangsa Indonesia. Propaganda
Jepang yang cukup menarik simpati rakyat Indonesia adalah sebagai berikut :
·
Jepang adalah “saudara tua” bagi bangsabangsa di Asia
dan berjanji membebaskan Asia dari penindasan bangsa Barat.
·
Jepang memperkenalkan semboyan “Gerakan Tiga A”:
Jepang Pemimpin Asia, Jepang Pelindung Asia, dan Jepang Cahaya Asia.
·
Jepang menjanjikan kemudahan bagi bangsa Indonesia,
seperti janji menunaikan ibadah haji, menjual barang dengan harga murah.
·
Jepang memperkenankan pengibaran bendera merah putih
bersama bendera Jepang Hinomaru.
·
Rakyat Indonesia boleh menyanyikan lagu “Indonesia
Raya” bersama lagu kebangsaan Jepang “Kimigayo”.
·
Pada zaman Jepang Indonesia diperintah oleh tiga
pemerintahan militer. Struktur pemerintahan militer Jepang itu adalah sebagai
berikut.
·
Pemerintahan militer Angkatan Darat (Tentara
Keduapuluh lima) untuk Sumatera dengan pusatnya di Bukittinggi.
·
Pemerintahan militer Angkatan Darat (Tentara
Keenambelas) untuk Jawa-Madura dengan pusatnya di Jakarta.
·
Pemerintahan militer Angkatan Laut (Armada Selatan
Kedua) untuk daerah Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku dengan pusatnya di Makasar.
D. Kebijakan – Kebijakan yang Dibuat oleh Jepang
1.
Sistem Pemerintahan
Jepang di
Indonesia menegakkan pemerintahan militer yang diperintah oleh Angkatan Darat
dan Angkatan Laut.
2. Mendirikan beberapa organisasi dan perkumpulan.
Organisasi
dan perkumpulan yang didirikan pemerintah Jepang di antaranya adalah : Gerakan
Tiga A, Putera, Jawa Hokokai, MIAI dan Masyumi.
·
Gerakan Tiga A Gerakan
Tiga A didirikan pada bulan April 1942. Kantor propaganda Jepang mendirikan
Gerakan ini dengan semboyannya: Nippon Pemimpin Asia, Nippon Pelindung Asia,
dan Nippon Cahaya Asia.
·
Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
dibentuk untuk mengganti Gerakan Tiga A. Gerakan yang didirikan pada tanggal 1
Maret 1943 ini dipimpin oleh empat serangkai, yakni ( Soekarno, Mohammad Hatta, K.H. Mas Mansyur,
dan Ki Hajar Dewantara.) Bagi Jepang, Putera dibentuk dengan tujuan
untuk memusatkan seluruh kekuatan masyarakat demi membantu usaha Jepang.
·
Jawa Hokokai Pada
tahun 1944, Panglima Tentara Jepang di Jawa menyatakan berdirinya Jawa Hokokai
(Gerakan Kebaktian Jawa). Organisasi ini dibentuk karena semakin menghebatnya
perang di Asia dan Pasifik. Kebaktian itu memiliki tiga dasar, yaitu:
mengorbankan diri, mempertebal persaudaraan, dan melaksanakan tugas untuk
Jepang.
·
MIAI adalah
singkatan dari Majelis Islam A’la Indonesia. MIAI secara resmi didirikan pada
tahun 1937 di Surabaya. Pemimpin MIAI pertama adalah K.H. Mas Mansyur dan
Wondoamiseno.
3. Pengerahan pemuda
Jepang
menyadari perlunya bantuan penduduk setempat dalam rangka mempertahankan
kedudukannya di kawasan Asia. Pada bulan April 1943, pemerintah militer Jepang
secara intensif mulai mengorganisir barisan pemuda. Barisan pemuda ini berciri
semi militer maupun militer. Tujuan Jepang adalah untuk mendidik dan melatih
para pemuda agar mampu mempertahankan tanah air Indonesia dari serangan pasukan
Sekutu. Berbagai barisan pemuda yang berbentuk semi militer, antara lain
Seinendan, Fujinkai, dan Keibodan.
·
Seinendan : adalah
organisasi barisan pemuda yang dibentuk tanggal 9 Maret 1943. Tujuannya adalah
mendidik dan melatih para pemuda agar dapat mempertahankan tanah airnya dengan
kekuatan sendiri.
·
Fujinkai : Organisasi
ini menghimpun kaum wanita untuk diberi latihan-latihan militer.
·
Keibodan adalah
organisasi barisan pembantu polisi.
·
Organisasi militer bentukan Jepang, yang termasuk ke
dalam organisasi militer bentukan Jepang adalah Heiho dan Peta.
·
Heiho adalah
organisasi prajurit pembantu Jepang. Heiho dibentuk pada bulan April 1943.
Organisasi ini memberi kesempatan kepada pemuda Indonesia untuk menjadi
prajurit Jepang (baik angkatan darat maupun angkatan laut).
·
PETA (Pembela
Tanah Air) didirikan pada tanggal 3 Oktober 1945. Pembentukan PETA ini juga
sesuai dengan tuntutan perang yang semakin mendesak.
4.
Pengerahan tenaga kerja
Jepang juga
membutuhkan bantuan tenaga untuk membangun sarana pendukung perang, antara lain
kubu pertahanan, jalan raya, rel kereta api, jembatan, dan lapangan udara. Oleh
karena itu, Jepang membutuhkan banyak tenaga kerja. Pengerahan tenaga kerja itu
disebut romusha.
5. Eksploitasi sumber kekayaan
yang
dilakukan pemerintah pendudukan Jepang adalah:
-
menyita perkebunan-perkebunan milik Belanda dan
berbagai fasilitas vital lainnya, seperti perusahaan listrik, telekomunikasi,
transportasi, dan lain-lain.
-
rakyat dipaksa untuk bekerja di perkebunan yang
memberikan hasil bumi menguntungkan demi membiayai perang.
-
Rakyat juga diwajibkan menyetor padi, jagung, dan
ternak dalam jumlah besar, demi memenuhi kebutuhan logistik di medan perang.
-
Menanam pohon jarak untuk diambil minyaknya dan
diproduksi sebagai pelumas mesin-mesin perang.
E. Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap Jepang
Pemberontakan
dipimpin seorang ulama muda Tengku Abdul Jalil, guru mengaji di Cot Plieng, Lhokseumawe.
Usaha Jepang untuk membujuk sang ulama tidak berhasil, sehingga Jepang
melakukan serangan mendadak di pagi buta sewaktu rakyat sedang melaksanakan
salat Subuh. Dengan persenjataan sederhana/seadanya rakyat berusaha menahan
serangan dan berhasil memukul mundur pasukan Jepang untuk kembali ke
Lhokseumawe. Begitu juga dengan serangan kedua, berhasil digagalkan oleh
rakyat. Baru pada serangan terakhir (ketiga) Jepang berhasil membakar masjid
sementara pemimpin pemberontakan (Teuku Abdul Jalil) berhasil meloloskan diri
dari kepungan musuh, namun akhirnya tertembak saat sedang salat.
Perlawanan
fisik ini terjadi di pesantren Sukamanah Singaparna Tasikmalaya, Jawa
Barat di bawah pimpinan KH. Zainal
Mustafa, tahun 1943. Beliau menolak dengan tegas ajaran yang berbau Jepang,
khususnya kewajiban untuk melakukan Seikerei setiap pagi, yaitu memberi
penghormatan kepada Kaisar Jepang dengan cara membungkukkan badan ke arah
matahari terbit. Kewajiban Seikerei ini jelas menyinggung perasaan umat Islam
Indonesia karena termasuk perbuatan syirik/menyekutukan Tuhan. Selain itu
beliaupun tidak tahan melihat penderitaan rakyat akibat tanam paksa.
Saat utusan
Jepang akan menangkap, KH. Zainal Mustafa telah mempersiapkan para santrinya
yang telah dibekali ilmu beladiri untuk mengepung dan mengeroyok tentara
Jepang, yang akhirnya mundur ke Tasikmalaya.
Jepang
memutuskan untuk menggunakan kekerasan sebagai upaya untuk mengakhiri
pembangkangan ulama tersebut. Pada tanggal 25 Februari 1944, terjadilah
pertempuran sengit antara rakyat dengan pasukan Jepang setelah salat Jumat.
Meskipun berbagai upaya perlawanan telah dilakukan, namun KH. Zainal Mustafa
berhasil juga ditangkap dan dibawa ke Tasikmalaya kemudian
dibawa ke Jakarta untuk
menerima hukuman mati dan dimakamkan di Ancol.
Peristiwa
Indramayu terjadi bulan April 1944 disebabkan adanya pemaksaan kewajiban
menyetorkan sebagian hasil padi dan pelaksanaan kerja rodi/kerja paksa/Romusha
yang telah mengakibatkan penderitaan rakyat yang berkepanjangan.
Pemberontakan
ini dipimpin oleh Haji Madriyan dan kawan-kawan di desa Karang Ampel, Sindang,
Kabupaten Indramayu. Pasukan Jepang sengaja bertindak kejam terhadap rakyat di
kedua wilayah (Lohbener dan Sindang) agar daerah lain tidak ikut memberontak
setelah mengetahi kekejaman yang dilakukan pada setiap pemberontakan.
Teuku
Hamid adalah seorang perwira Giyugun,
bersama dengan satu pleton pasukannya melarikan diri ke hutan untuk melakukan
perlawanan. Ini terjadi pada bulan November 1944.
Menghadapi
kondisi tersebut, pemerintah Jepang melakukan ancaman akan membunuh para
keluarga pemberontak jika tidak mau menyerah. Kondisi tersebut memaksa sebagian
pasukan pemberontak menyerah, sehingga akhirnya dapat ditumpas.
Di daerah Aceh lainnya
timbul pula upaya perlawanan rakyat seperti di Kabupaten Berenaih yang dipimpin
oleh kepala kampung dan dibantu oleh satu regu Giyugun (perwira tentara sukarela), namun
semua berakhir dengan kondisi yang sama yakni berhasil ditumpas oleh kekuatan
militer Jepang dengan sangat kejam.
v Pemberontakan Peta
Perlawanan ini
dipimpin oleh Syodanco Supriyadi,
Syodanco Muradi, dan Dr. Ismail. Perlawanan ini disebabkan karena persoalan
pengumpulan padi, Romusha maupun Heiho yang dilakukan secara paksa dan di luar
batas perikemanusiaan. Sebagai putera rakyat para pejuang tidak tega melihat
penderitaan rakyat. Di samping itu sikap para pelatih militer Jepang yang
angkuh dan merendahkan prajurit-prajurit Indonesia. Perlawanan PETA di Blitar
merupakan perlawanan yang terbesar di Jawa. Tetapi dengan tipu muslihat Jepang
melalui Kolonel Katagiri (Komandan pasukan Jepang), pasukan PETA berhasil
ditipu dengan pura-pura diajak berunding. Empat perwira PETA dihukum mati dan
tiga lainnya disiksa sampai mati. Sedangkan Syodanco Supriyadi berhasil
meloloskan diri.
Perlawanan ini
dipimpin oleh Perwira Gyugun Teuku Hamid. Latar belakang perlawanan ini karena
sikap Jepang yang angkuh dan kejam terhadap rakyat pada umumnya dan prajurit
Indonesia pada khususnya.
Perlawanan ini
dipimpin oleh pemimpin regu (Bundanco), Kusaeri bersama rekan-rekannya.
Perlawanan yang direncanakan dimulai tanggal 21 April 1945 diketahui Jepang
sehingga Kusaeri ditangkap pada tanggal 25 April 1945. Kusaeri divonis hukuman
mati tetapi tidak terlaksana karena Jepang terdesak oleh Sekutu.
v Perlawanan Pang Suma
Perlawanan
rakyat yang dipimpin oleh Pang Suma berkobar di Kalimantan
Barat. Pang Suma adalah pemimpin suku Dayak yang besar pengaruhnya di kalangan
suku-suku di daerah Tayan dan Meliau. Perlawanan ini bersifat
gerilya untuk mengganggu aktivitas Jepang di Kalimantan.
Momentum
perlawanan Pang Suma diawali dengan pemukulan seorang tenaga kerja Dayak oleh
pengawas Jepang, satu di antara sekitar 130 pekerja pada sebuah perusahaan kayu
Jepang. Kejadian ini kemudian memulai sebuah rangkaian perlawanan yang mencapai
puncak dalam sebuah serangan balasan Dayak yang dikenal dengan Perang Majang
Desa, dari April hingga Agustus 1944 di daerah Tayan-Meliau-Batang Tarang (Kab. Sanggau).
Sekitar 600 pejuang kemerdekaan dibunuh oleh Jepang, termasuk Pang Suma.
Perlawanan
ini dipimpin oleh L. Rumkorem, pimpinan Gerakan Koreri yang berpusat di Biak. Perlawanan ini
dilatarbelakangi oleh penderitaan rakyat yang diperlakukan sebagai budak
belian, dipukuli, dan dianiaya. Dalam perlawanan tersebut rakyat banyak jatuh
korban, tetapi rakyat melawan dengan gigih. Akhirnya Jepang meninggalkan Pulau
Biak.
Perlawanan
ini dipimpin oleh Nimrod. Ketika Sekutu sudah mendekat maka memberi bantuan
senjata kepada pejuang sehingga perlawanan semakin seru. Nimrod dihukum pancung
oleh Jepang untuk menakut-nakuti rakyat. Tetapi rakyat tidak takut dan
muncullah seorang pemimpin gerilya yakni S. Papare.
Perlawanan
ini dipimpin oleh Simson. Dalam perlawanan rakyat di Papua, terjadi hubungan
kerja sama antara gerilyawan dengan pasukan penyusup Sekutu sehingga rakyat
mendapatkan modal senjata dari Sekutu.
v Gerakan bawah tanah
Sebenarnya
bentuk perlawanan terhadap pemerintah Jepang yang dilakukan rakyat Indonesia
tidak hanya terbatas pada bentuk perlawanan fisik saja tetapi Anda dapat pula
melihat betnuk perlawanan lain/gerakan bawah tanah seperti yang dilakukan oleh:
·
Kelompok Sutan
Syahrir di
daerah Jakarta dan Jawa Barat dengan cara menyamar sebagai pedagang nanas di
Sindanglaya.
·
Kelompok Sukarni, Adam
Malik dan
Pandu Wiguna. Mereka berhasil menyusup sebagai pegawai kantor pusat propaganda
Jepang Sendenbu (sekarang kantor berita Antara).
·
Kelompok Syarif
Thayeb, Eri Sudewo dan Chairul
Saleh. Mereka adalah kelompok mahasiswa dan pelajar.
·
Kelompok Mr.
Achmad Subardjo, Sudiro dan Wikana. Mereka adalah
kelompok gerakan Kaigun (AL) Jepang.
Mereka yang tergabung dalam kelompok di bawah tanah,
berusaha untuk mencari informasi dan peluang untuk bisa melihat kelemahan
pasukan militer Jepang dan usaha mereka akan dapat Anda lihat hasilnya pada
saat Jepang telah kalah dari Sekutu, kelompok pemudalah yang lebih cepat dapat
informasi tersebut serta merekalah yang akhirnya mendesak golongan tua untuk
secepatnya melakukn proklamasi.
Demikianlah
gambaran tentang aktifitas pergerakan Nasional yang dilakukan oleh kelompok
organisasi maupun gerakan sosial pada masa pemerintah pendudukan Jepang, tentu
Anda dapat memahami sebab-sebab kegagalan dan mengapa para tokoh pergerakan
lebih memilih sikap kooperatif menghadapi pemerintahan militer Jepang yang
sangat ganas/kejam.
F. Periode Menjelang Kemerdekaan RI
·
Pada 6
Agustus 1945,
2 bom atom dijatuhkan ke dua kota di Jepang, Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika
Serikat. Ini menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika
Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaannya.
·
Pada 9
Agustus 1945 Soekarno,
Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat diterbangkan
ke Vietnam untuk
bertemu Marsekal
Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang
menuju kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24
Agustus.
·
Sementara itu, di Indonesia, Sutan
Syahrir telah
mendengar berita lewat radio pada tanggal 10
Agustus 1945,
bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah
bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan
yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali
ke tanah air pada tanggal 14
Agustus 1945,
Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan. Namun
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi
kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan
dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap.
·
15 Agustus -
Jepang menyerah kepada Sekutu.
Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang
telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda.
·
Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul
Saleh, yang tergabung dalam gerakan bawah tanah
kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16
Agustus 1945 mereka
menculik Soekarno dan Hatta, dan membawanya ke Rengasdengklok, yang kemudian
terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok.
Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan
para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya.
Malam
harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta, bertemu dengan Jenderal Moichiro
Yamamoto dan bermalam di
kediaman Laksamana Muda Maeda
Tadashi. Dari komunikasi antara Hatta dan tangan kanan komandan Jepang di
Jawa ini, Soekarno dan Hatta menjadi yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada
Sekutu, dan tidak memiliki wewenang lagi untuk memberikan kemerdekaan.
·
Mengetahui bahwa proklamasi tanpa
pertumbahan darah telah tidak mungkin lagi, Soekarno, Hatta dan anggota PPKI lainnya
malam itu juga rapat dan menyiapkan teks Proklamasi yang
kemudian dibacakan pada pagi hari tanggal 17
Agustus 1945.
Tentara Pembela Tanah Air,
kelompok muda radikal, dan rakyat Jakarta mengorganisasi pertahanan di kediaman
Soekarno. Selebaran kemudian dibagi-bagikan berisi tentang pengumuman
proklamasi kemerdekaan. Adam Malik juga mengirim pesan singkat pengumuman
Proklamasi ke luar negeri.
G. Pasca Kemerdekaan RI
Ø Rapat
kedua KNIP yang diketuai oleh sutan Syahrir pada tanggal 25- 26 November 1945
Ø 18 Agustus - PPKI membentuk sebuah pemerintahan
sementara dengan Soekarno sebagai Presiden dan Hatta sebagai Wakil Presiden.
Piagam Jakarta yang memasukkan kata "Islam" di dalam sila Pancasila,
dihilangkan dari mukadimah konstitusi yang baru.
Ø Republik
Indonesia yang baru lahir ini terdiri 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku, dan Sunda Kecil.
Ø Pada 22 Agustus Jepang mengumumkan mereka menyerah di
depan umum di Jakarta. Jepang melucuti senjata mereka dan membubarkan PETA Dan
Heiho. Banyak anggota kelompok ini yang belum mendengar tentang kemerdekaan.
Ø 23 Agustus - Soekarno mengirimkan pesan radio
pertama ke seluruh negeri Indonesia. Badan Keamanan Rakyat, angkatan bersenjata
Indonesia yang pertama mulai dibentuk dari bekas anggota PETA dan Heiho.
Beberapa hari sebelumnya, beberapa batalion PETA telah diberitahu untuk
membubarkan diri.
Ø 29 Agustus - Rancangan konstitusi bentukan PPKI
yang telah diumumkan pada 18 Agustus, ditetapkan sebagai UUD 45. Soekarno
dan Hatta secara resmi diangkat menjadi Presiden dan Wakil Presiden. PPKI
kemudian berubah nama menjadi KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat).
KNIP ini adalah lembaga sementara yang bertugas sampai pemilu dilaksanakan.
Pemerintahan Republik Indonesia yang baru, Kabinet Presidensial, mulai bertugas pada 31 Agustus.
H. Dampak Pendudukan Jepang dalam Berbagai Aspek
Kehidupan Bangsa Indonesia
1) Aspek Politik
Kebijakan
pertama yang dilakukan Dai Nippon (pemerintah militer Jepang) adalah melarang
semua rapat dan kegiatan politik. Pada tanggal 20 Maret 1942, dikeluarkan peraturan
yang membubarkan semua organisasi politik dan semua bentuk perkumpulan. Pada
tanggal 8 September 1942 dikeluarkan UU no. 2 Jepang
mengendalikan seluruh organisasi nasional.
Selain itu,
Jepangpun melakukan propaganda untuk menarik simpati bangsa Indonesia dengan
cara:
·
Melancarkan semboyan 3A (Jepang
pemimpin, Jepang cahaya dan Jepang pelindung Asia)
·
Melancarkan simpati lewat pendidikan
berbentuk beasiswa pelajar.
·
Menarik simpati umat Islam untuk pergi
Haji
·
Menarik simpati organisasi Islam MIAI.
·
Melancarkan politik dumping
·
Mengajak untuk bergabung tokoh-tokoh
perjuangan Nasional seperti: Ir. Soekarno, Drs. M. Hatta serta Sutan Syahrir,
dengan cara membebaskan tokoh tersebut dari penahanan Belanda.
Selain propaganda,
Jepang juga melakukan berbagai tindakan nyata berupa pembentukan badan-badan
kerjasama seperti berikut:
·
Putera (Pusat Tenaga Rakyat) dengan
tujuan membujuk kaum Nasionalis sekuler dan intelektual agar menyerahkan tenaga
dan pikirannya untuk mengabdi kepada Jepang.
·
Jawa Hokokai (Himpunan kebaktian Jawa)
merupakan organisasi sentral dan terdiri dari berbagai macam profesi (dokter,
pendidik, kebaktian wanita pusat dan perusahaan).
Penerapan
sistem Autarki (daerah yang harus memenuhi kebutuhan sendiri dan kebutuhan
perang). Sistem ini diterapkan di setiap wilayah ekonomi. Contoh Jawa menjadi
17 daerah, Sumatera 3 daerah, dan Meinsefu (daerah yang diperintah Angkatan
Laut) 3 daerah. Setelah penyerahan kekuasaan dari Belanda kepada Jepang di
Kalijati maka seluruh daerah Hindia Belanda menjadi 3 daerah pemerintahan
militer:
·
Daerah bagian tengan meliputi Jawa dan Madura dikuasai
oleh tentara keenambelas denagn kantor pusat di Batavia (Jakarta).
·
Daerah bagian Barat meliputi Sumatera dengan
kantor pusat di Bukittinggi dikuasai
oleh tentara keduapuluhlima.
·
Daerah bagian Timur meliputi Kalimantan, Sulawesi, Nusantara, Maluku dan Irian
Jaya dibawah
kekuasaan armada selatan kedua dengan pusatnya di Makassar.
Selain
kebijakan politik di atas, pemerintah Militer Jepang juga melakukan perubahan
dalam birokrasi pemerintahan, diantaranya adalah pembentukan organisasi
pemerintahan di tingkat pusat dengan membentuk Departemen dan pembentukan Cou Sang In/dewan penasehat.
Untuk mempermudah pengawasan dibentuk tiga pemerintahan militer yakni:
·
Pembentukan Angkatan Darat/Gunseibu,
membawahi Jawa dan Madura dengan Batavia sebagai pusat dan dikenal dengan
tentara ke enam belas dipimpin oleh Hitoshi Imamura.
·
Pembentukan Angkatan Darat/Rikuyun,
yang membawahi Sumatera dengan pusat Bukit Tinggi (Sumatera Barat) yang dikenal
dengan tentara ke dua puluh lima dipimpin oleh Jendral Tanabe.
·
Pembentukan Angkatan Laut/Kaigun,
yang membawahi Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Irian dengan
pusatnya Ujung Pandang (Makasar) yang dikenal dengan Armada Selatan ke dua
dengan nama Minseifu dipimpin Laksamana Maeda.
Untuk
kedudukan pemerintahan militer sementara khusus Asia Tenggara berpusat di
Dalat/Vietnam.
2)
Aspek
Ekonomi dan Sosial
Pada
kedua aspek ini, Anda akan menemukan bagaimana praktek eksploitasi ekonomi dan
sosial yang dilakukan Jepang terhadap bangsa Indonesia dan Anda bisa
membandingkan dampak ekonomi dan sosial dengan dampak politis dan birokrasi.
Hal-hal yang diberlakukan dalam sistem pengaturan ekonomi pemerintah Jepang
adalah sebagai berikut:
·
Kegiatan ekonomi diarahkan untuk
kepentingan perang maka seluruh potensi sumber daya alam dan bahan mentah
digunakan untuk industri yang mendukung mesin perang. Jepang menyita seluruh
hasil perkebunan, pabrik, Bank dan perusahaan penting. Banyak lahan pertanian
yang terbengkelai akibat titik berat kebijakan difokuskan pada ekonomi dan
industri perang. Kondisi tersebut menyebabkan produksi pangan menurun dan
kelaparan serta kemiskinan meningkat drastis.
·
Jepang menerapkan sistem pengawasan
ekonomi secara ketat dengan sanksi pelanggaran yang sangat berat. Pengawasan
tersebut diterapkan pada penggunaan dan peredaran sisa-sisa persediaan barang.
Pengendalian harga untuk mencegah meningkatnya harga barang. Pengawasan
perkebunan teh, kopi, karet, tebu dan
sekaligus memonopoli penjualannya. Pembatasan teh, kopi dan tembakau,
karena tidak langsung berkaitan dengan kebutuhan perang. Monopoli tebu dan gula,
pemaksaan menanam pohon jarak dan kapas pada lahan pertanian dan perkebunan
merusak tanah.
·
Menerapkan sistem ekonomi perang dan
sistem autarki (memenuhi kebutuhan daerah sendiri dan menunjang kegiatan
perang). Konsekuensinya tugas rakyat beserta semua kekayaan dikorbankan untuk
kepentingan perang. Hal ini jelas amat menyengsarakan rakyat baik fisik maupun
material.
Pada tahun 1944,
kondisi politis dan militer Jepang mulai terdesak, sehingga tuntutan akan
kebutuhan bahan-bahan perang makin meningkat. Untuk mengatasinya pemerintah
Jepang mengadakan kampanye penyerahan bahan pangan dan barang secara
besar-besaran melalui Jawa Hokokai dan Nagyo Kumiai (koperasi pertanian), serta
instansi resmi pemerintah. Dampak dari kondisi tersebut, rakyat dibebankan
menyerahkan bahan makanan 30% untuk pemerintah, 30% untuk lumbung desa dan 40%
menjadi hak pemiliknya. Sistem ini menyebabkan kehidupan rakyat semakin sulit,
gairah kerja menurun, kekurangan pangan, gizi rendah, penyakit mewabah melanda
hampir di setiap desa di pulau Jawa salah satunya: Wonosobo (Jateng) angka kematian 53,7% dan
untuk Purworejo (Jateng) angka kematian mencapai
224,7%. Bisa Anda bayangkan bagaimana beratnya penderitaan yang dirasakan
bangsa Indonesia pada masa Jepang (bahkan rakyat dipaksa makan makanan hewan
seperti keladi gatal, bekicot, umbi-umbian).
3)
Aspek Kehidupan Militer
Pada aspek militer ini, Anda akan memahami bahwa badan-badan militer
yang dibuat Jepang semata-mata karena kondisi militer Jepang yang semakin
terdesak dalam perang Pasifik.
Memasuki tahun kedua pendudukannya (1943), Jepang semakin
intensif mendidik dan melatih pemuda-pemuda Indonesia di bidang militer. Hal
ini disebabkan karena situasi di medan pertempuran (Asia – Pasifik) semakin
menyulitkan Jepang. Mulai dari pukulan Sekutu pada pertempuran laut di Midway (Juni 1942) dan sekitar Laut
Karang (Agustus ’42 – Februari 1943). Kondisi tersebut diperparah dengan
jatuhnya Guadalacanal yang merupakan basis kekuatan Jepang
di Pasifik (Agustus 1943).
Situasi di atas membuat Jepang melakukan konsolidasi kekuatan dengan
menghimpun kekuatan dari kalangan pemuda dan pelajar Indonesia sebagai tenaga
potensial yang akan diikutsertakn dalam pertempuran menghadapi Sekutu.
I. Dampak Positif dan Negatif Pendudukan Jepang di Indonesia
Masa
Pendudukan Jepang di Indonesia adalah masa yang sangat berpengaruh bagi
perkembangan Indonesia, selain itu hampir tidak adanya tantangan yang berarti
kepada Belanda sebelumnya. Dalam masanya yang singkat itu, Jepang membawa
dampak yang positif dan juga membawa dampak yang negatif bagi bangsa Indonesia
pada umumnya. Pada umumnya kebanyakan beranggapan masa pendudukan Jepang adalah
masa-masa yang kelam dan penuh penderitaan. Akan tetapi tidak semuanya itu
benar, ada beberapa kebijakan pemerintah pendudukan Jepang yang memberikan
dampak positif, terutama dalam pembentukan nasionalisme Indonesia dan pelatihan
militer bagi pemuda Indonesia.
v
Dampak Positif
Pendudukan Jepang
Tidak banyak yang
mengetahui tentang dampak positifnya Jepang menduduki Indonesia. Ada pun dampak
positif yang dapat dihadirkan antara lain :
·
Diperbolehkannya bahasa Indonesia untuk
menjadi bahasa komunikasi nasional dan menyebabkan bahasa Indonesia mengukuhkan
diri sebagai bahasa nasional.
·
Jepang mendukung semangat anti-Belanda,
sehingga mau tak mau ikut mendukung semangat nasionalisme Indonesia. Antara
lain menolak pengaruh-pengaruh Belanda, misalnya perubahan nama Batavia menjadi Jakarta.
·
Untuk mendapatkan dukungan rakyat
Indonesia, Jepang mendekati pemimpin nasional Indonesia seperti Soekarno dengan
harapan agar Soekarno mau membantu Jepang memobilisasi rakyat Indonesia.
Pengakuan Jepang ini mengukuhkan posisi para pemimpin nasional Indonesia dan
memberikan mereka kesempatan memimpin rakyatnya.
·
Dalam bidang ekonomi didirikannya kumyai
yaitu koperasi yang bertujuan untuk kepentingan bersama.
·
Pembentukan strata masyarakat hingga
tingkat paling bawah yaitu rukun tetangga (RT) atau Tonarigumi
·
Diperkenalkan suatu sistem baru bagi
pertanian yaitu line system (sistem pengaturan bercocok tanam
secara efisien) yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan.
·
Dibentuknya BPUPKI dan PPKI untuk
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Dari sini muncullah ide Pancasila.
·
Jepang dengan terprogram melatih dan
mempersenjatai pemuda-pemuda Indonesia demi kepentingan Jepang pada awalnya.
Namun oleh pemuda hal ini dijadikan modal untuk berperang yang dikemudian hari
digunakan untuk menghadapi kembalinya pemerintah kolonial Belanda.
·
Dalam pendidikan dikenalkannya sistem
Nipon-sentris dan diperkenalkannya kegiatan upacara dalam sekolah.
v
Dampak Negatif
Pendudukan Jepang
Selain
dampak positifnya tadi diatas, Jepang juga membawa dampak negatif yang luar
biasa antara lain :
·
Penghapusan semua organisasi politik dan
pranata sosial warisan Hindia Belanda yang sebenarnya banyak diantaranya yang
bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan, sosial, ekonomi, dan kesejahteraan
warga.
·
Romusha,
mobilisasi rakyat Indonesia (terutama warga Jawa) untuk kerja paksa dalam kondisi
yang tidak manusiawi.
·
Penghimpunan segala sumber daya seperti
sandang, pangan, logam, dan minyak demi kepentingan perang. Akibatnya beras dan
berbagai bahan pangan petani dirampas Jepang sehingga banyak rakyat yang
menderita kelaparan.
·
Krisis ekonomi yang sangat parah. Hal
ini karena dicetaknnya uang pendudukan secara besar-besaran sehingga
menyebabkan terjadinya inflasi.
·
Kebijakan self sufficiency (kawasan mandiri) yang menyebabkan
terputusnya hubungan ekonomi antar daerah.
·
Kebijakan fasis pemerintah militer
Jepang yang menyebar polisi khusus dan intelijen di kalangan rakyat sehingga
menimbulkan ketakutan. Pemerintah Jepang bebas melanggar hak asasi manusia
dengan menginterogasi, menangkap, bahkan menghukum mati siapa saja yang
dicurigai atau dituduh sebagai mata-mata atau anti-Jepang tanpa proses
pegadilan.
·
Pembatasan pers sehingga tidak ada pers
yang independen, semuanya dibawah pengawasan Jepang.
·
Terjadinya kekacauan situasi dan kondisi
keamanan yang parah seperti maraknya perampokan, pemerkosaan dan lain-lain.
·
Pelarangan terhadap buku-buku berbahasa
Belanda dan Inggris yang menyebabkan pendidikan yang lebih tinggi terasa
mustahil.
·
Banyak guru-guru yang dipekerjakan
sebagai pejabat-pejabat pada masa itu yang menyebabkan kemunduran standar
pendidikan secara tajam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebelum Jepang menjajah ada negara Belanda yang
menjajah. Namun penjajahan oleh negara Jepang terasa lebih kejam karena Jepang
bisa mencuri perhatian dan kepercayaan rakyat Indonesia. Padahal penjajahan
oleh negara Jepang menimbulkan banyak kerugian bagi bangsa Indonesia
dibandingkan keuntungannya. Namun pada akhirnya bangsa Indonesia dapat
memproklamasikan kemerdekaannya.
B. Saran
Kita sebagai
bangsa Indonesia harus dapat memehami peristiwa sejarah yaitu mengenai
Penjajahan Jepang di Indonesia. Selain itu agar kita tetap menjaga dan
melestarikan sumber kekayaan alam seperti rempah-rempah dan yang lainya,
yang mana dahulu bangsa Jepang memonopilinya.
Kritik dan saran penulis harapkan
demi kelancaran penilisan berikutnya karena pada penulisan makalah ini tak
luput dari kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
http://jhonmiduk8.blogspot.com/2014/06/makalah-pendudukan-jepang-di-indonesia.html
http://yangterdi.blogspot.com/2013/04/sejarah-jepang-masuk-ke-indonesia.html
IZIN COPY
ReplyDelete