Perubahan
Evolusi
Perubahan
evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam proses lambat, dalam
waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat yang
bersangkutan. Perubahan-perubahan ini berlangsung mengikuti kondisi
perkembangan masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha-usaha masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dengan kata lain, perubahan sosial
terjadi karena dorongan dari usaha-usaha masyarakat guna menyesuaikan diri
terhadap kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan perkembangan masyarakat pada waktu
tertentu. Contoh, perubahan sosial dari masyarakat berburu menuju ke masyarakat
meramu.
Konsep Evolusi Sosial Universal H.
Spencer
Bersama dengan ahli filsafat dari Perncis A. Comte, H. Spencer (1820-1903) ahli filsafat dari Inggris merupakan ahli filsafat yang menganut aliran cara berpikir positivism, yaitu aliran ilmu filsafat yang menerapkan metodologi eksak yang telah dikembangkan dalam ilmu fisika dan alam. Bedanya, H. Spencer menggunakan bahan etnografi dan etnografika secara luas dan sistematis. Spencer memiliki konsep bahwa seluruh alam, baik yang berwujud nonorganis, organis, maupun superorganis, berfungsi karena didorong oleh kekuatan mutlak yang disebut evolusi universal. Gambaran tentang evolusi universal dari umat manusia menurut Spencer dalam buku nya ‘Principles of Sociology (1876-1896)’, perkembangan masyarakat dan kebudayaan dari tiap bngsa telah atau akan melalui tingkat-tingkat evolusi yang sama. Dia juga tidak mengabaika secara khusus tiap masyarakat atau sub-sub kebudayaan bisa mengalami tingkat-tingkat evolusi yang berbeda.
Bersama dengan ahli filsafat dari Perncis A. Comte, H. Spencer (1820-1903) ahli filsafat dari Inggris merupakan ahli filsafat yang menganut aliran cara berpikir positivism, yaitu aliran ilmu filsafat yang menerapkan metodologi eksak yang telah dikembangkan dalam ilmu fisika dan alam. Bedanya, H. Spencer menggunakan bahan etnografi dan etnografika secara luas dan sistematis. Spencer memiliki konsep bahwa seluruh alam, baik yang berwujud nonorganis, organis, maupun superorganis, berfungsi karena didorong oleh kekuatan mutlak yang disebut evolusi universal. Gambaran tentang evolusi universal dari umat manusia menurut Spencer dalam buku nya ‘Principles of Sociology (1876-1896)’, perkembangan masyarakat dan kebudayaan dari tiap bngsa telah atau akan melalui tingkat-tingkat evolusi yang sama. Dia juga tidak mengabaika secara khusus tiap masyarakat atau sub-sub kebudayaan bisa mengalami tingkat-tingkat evolusi yang berbeda.
Menurut Soerjono Soekanto, terdapat
tiga teori yang mengupas tentang evolusi, yaitu:
- Unilinier
Theories of Evolution: menyatakan bahwa manusia dan masyarakat
mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, dari yang
sederhana menjadi kompleks dan sampai pada tahap yang sempurna.
- Universal
Theory of Evolution: menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak
perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Menurut teori ini,
kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi yang tertentu.
- Multilined
Theories of Evolution: menekankan pada penelitian terhadap tahap
perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya, penelitian pada
pengaruh perubahan sistem pencaharian dari sistem berburu ke pertanian.
Teori
Evolusi dengan kebudayaan di Indonesia
Awalnya orang Indonesia memiliki kepercayaan Animisme dan Dinamisme, kemudian mulai percaya dengan agama Hindhu-Budha, hingga pada akhirnya mengenal agama Kristen dan Islam. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia juga mengalami garis besar evolusi universal sesuai dengan apa yang dikatan dalam teori H. Spencer.
Dimulai dari Animisme yang merupakan kepercayaan dimana orang-orang percaya kepda roh-roh nenek moyang dan Dinamisme yang merupakan kepercayaan bahwa didalam benda-benda terdapat kekuatan ataupun roh-roh gaib. Bangsa Indonesia kemudian mengenal agama Hindhu-Budha yang melakukan sinkretisme dengan kepercaayaan animism dan dinamisme dimana bangsa Indonesia diajarkan untuk mengenal dewa-dewa. Dalam hal ini, bangsa Indonesia naik tingkat dari menyembah nenek moyang beralih ke dewa-dewa. Dan datanglah Nasrani yang dibawa oleh penjajah asal Eropa yang mulai menyembah Tuhan, kemudian Islam yang dibawa oleh para pedagang bangsa Gujarat.
Selain itu, teori evolusi keluarga JJ. Bachofen jika dianalisis juga diterapkan dalam kebudayaan di Indonesia terhadap aneka warna manusia. Ada empat tingkat evolusi yang dialami warga manusia, yaitu promiskuitas, matriarchate, patriarchate, dan parental. Seperti contoh dalam masyarakat Minang, dimana dalam pengambilan garis pengambilan keturunan diambi dari garis keturunan Ibu atau wanita yang disebut matriarchate.
Awalnya orang Indonesia memiliki kepercayaan Animisme dan Dinamisme, kemudian mulai percaya dengan agama Hindhu-Budha, hingga pada akhirnya mengenal agama Kristen dan Islam. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia juga mengalami garis besar evolusi universal sesuai dengan apa yang dikatan dalam teori H. Spencer.
Dimulai dari Animisme yang merupakan kepercayaan dimana orang-orang percaya kepda roh-roh nenek moyang dan Dinamisme yang merupakan kepercayaan bahwa didalam benda-benda terdapat kekuatan ataupun roh-roh gaib. Bangsa Indonesia kemudian mengenal agama Hindhu-Budha yang melakukan sinkretisme dengan kepercaayaan animism dan dinamisme dimana bangsa Indonesia diajarkan untuk mengenal dewa-dewa. Dalam hal ini, bangsa Indonesia naik tingkat dari menyembah nenek moyang beralih ke dewa-dewa. Dan datanglah Nasrani yang dibawa oleh penjajah asal Eropa yang mulai menyembah Tuhan, kemudian Islam yang dibawa oleh para pedagang bangsa Gujarat.
Selain itu, teori evolusi keluarga JJ. Bachofen jika dianalisis juga diterapkan dalam kebudayaan di Indonesia terhadap aneka warna manusia. Ada empat tingkat evolusi yang dialami warga manusia, yaitu promiskuitas, matriarchate, patriarchate, dan parental. Seperti contoh dalam masyarakat Minang, dimana dalam pengambilan garis pengambilan keturunan diambi dari garis keturunan Ibu atau wanita yang disebut matriarchate.
Perubahan
Revolusi
Perubahan
revolusi merupakan perubahan yang berlangsung secara cepat dan tidak ada kehendak
atau perencanaan sebelumnya. Secara sosiologis perubahan revolusi diartikan
sebagai perubahan-perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga-
lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Dalam revolusi,
perubahan dapat terjadi dengan direncanakan atau tidak direncanakan, dimana
sering kali diawali dengan ketegangan atau konflik dalam tubuh masyarakat yang
bersangkutan.
Revolusi
tidak dapat terjadi di setiap situasi dan kondisi masyarakat. Secara sosiologi,
suatu revolusi dapat terjadi harus memenuhi beberapa syarat tertentu, antara
lain adalah:
- Ada
beberapa keinginan umum mengadakan suatu perubahan. Di dalam masyarakat
harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan, dan harus ada suatu
keinginan untuk mencapai perbaikan dengan perubahan keadaan tersebut.
- Adanya
seorang pimpinan atau sekelompok orang yang dianggap mampu memimpin
masyarakat tersebut.
- Pemimpin
tersebut dapat menampung keinginan-keinginan tersebut, untuk kemudian
merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas dari masyarakat, untuk
dijadikan program dan arah bagi geraknya masyarakat.
- Pemimpin
tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat. Artinya
adalah bahwa tujuan tersebut bersifat konkret dan dapat dilihat oleh
masyarakat. Selain itu, diperlukan juga suatu tujuan yang abstrak.
Misalnya perumusan sesuatu ideologi tersebut.
- Harus
ada momentum untuk revolusi, yaitu suatu saat di mana segala keadaan dan
faktor adalah baik sekali untuk memulai dengan gerakan revolusi. Apabila
momentum (pemilihan waktu yang tepat) yang dipilih keliru, maka revolusi
apat gagal.
.Proses Evolusi Budaya Secara Universal
Menurut konsep tentang evolusi secara
universal mengatakan. Bahwa masyarakat manusia berkembang secara lambat (
berevolusi ) dari tingkat-tingkat rendah dan sederhana menuju ke tingkat yang
lebih tinggi dan kompleks. Dimana kecepatan perkembangannya atau proses
evolusinya berbeda-beda setiap wilayah yang ada di muka bumi ini.
Itulah
sebabnya ada kita jumpai masyarat yang sudah maju, masyarakat yang masih hidup
dalam proses menuju kemajuan dan masyarakat yang masih hidup seperti zaman
dahulu.
Teori Evolusi Kebudayaan
L.H.Morgan
L.H.Morgan
Menurut
Morgan evolusi kebudayaan secara universal melalui delapan tahapan yaitu:
1. Zaman Liar
Tua.
Zaman sejak manusia ada samapai menemukan api, kemudian manusia menemukan
keahlian meramu dan mencari akar-akar tumbuhan liar untuk hidup.
2. Zaman Liar
Madya.
Zaman di mana manusia menemukan
senjata busur dan panah. Pada zaman ini manusia mulai merobah mata
pencahariannya dari meramu menjadi pencari ikan.
3. Zaman Liar
Muda.
Pada zaman manusia menemukan senjata busur dan
panah sampai memiliki kepandaian untuk membuat alat-alat dari tembikar namun
kehidupannya masih berburu.
4. Zaman Barbar
Tua.
Zaman sejak manusia memiliki kepandaian membuat tembikar sampai manusia
beternak dan bercocok tanam.
5. Zaman Barbar
Madya.
Zaman sejak manusia beternak dan
bercocok tanam samapai menemukan kepandaian membuat alat-alat atau benda-benda
dari logam
6. Zaman Barbar
Muda.
Zaman sejak manusia memiliki kepandaian
membuat alat-alat dari logam sampai manusia mengenal tulisan.
7. Zaman
Peradaban Purba,
menghasilakan beberapa peradapan
klasik zaman batu dan logam
8. Zaman Masa
Kini,
sejak zaman peradapan klasik sampai
sekarang.
Pertanyaannya apakah prinsip-prinsip dalam evolusi hayati juga berlaku
dalam evolusi kultur atau sosial? Untuk menjawab itu, seorang biolog Robert
Boyd (2005), mengajukan beberapa proposisi terkait dengan evolusi budaya
diantaranya:
- Budaya
merupakan informasi yang didapatkan oleh suatu individu dari orang lain
melalui pengajaran, imitasi atau bentuk pembelajaran sosial lainnya.
- Perubahan
budaya haruslah dimodelkan sebagai suatu proses Evolusi Darwinian.
- Budaya
merupakan sebahagian dari evolusi biologis.
- Evolusi
budaya membuat evolusi manusia menjadi berbeda dengan evolusi makhluk
hidup lainnya.
- Gen dan
budaya berevolusi.
Revolusi Budaya
Pengertian
Revolusi Budaya Secara Universal
Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara
cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di dalam
revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan
terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan.
Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif karena revolusi pun dapat
memakan waktu lama. Misalnya revolusi industri di Inggris yang memakan waktu puluhan
tahun, namun dianggap ‘cepat’ karena mampu mengubah sendi-sendi pokok kehidupan
masyarakat seperti sistem kekeluargaan dan hubungan antara buruh dan majikan
yang telah berlangsung selama ratusan tahun.
Revolusi menghendaki suatu upaya untuk merobohkan, menjebol, dan membangun
dari sistem lama kepada suatu sistem yang sama sekali baru. Revolusi senantiasa
berkaitan dengan dialektika, logika, romantika, menjebol dan membangun.
Contoh
Revolusi Budaya:
Revolusi Kebudayaan adalah revolusi besar yang
terjadi di Cina antara tahun 1966 dan 1969. revolusi
Kebudayaan merupakan revolusi di segala bidang untuk mengembalikan Cina kepada
ajaran Maoisme yang dirasakan semakin lama semakin luntur karena digerogoti
anasir-anasir Barat.
Revolusi ini
digerakkan oleh Mao Tse Tung sebagai
puncak perseteruannya dengan pejabat Presiden Liu Shaoqi dan
kelompoknya yang dituduh beraliran kanan, mendukung intelektualisme dan
kapitalisme. Revolusi ini ditandai dengan dibentuknya Pengawal Merah, sebuah unit
paramiliter yang mayoritas anggotanya adalah mahasiswa-mahasiswa yang mendukung
Mao dan ajaran-ajaranya.
Sumber
:
0 komentar nya:
Post a Comment