Makalah Tentang Hakikat Manusia

Posted By Muhammad Aziz on Saturday, October 29, 2016 | 1:46 PM

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia adalah salah satu ciptaan Allah yang paling sempurna. Diciptakan dari saripati tanah yang kemudian menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah hingga akhirnyamenjadi wujud yang sekarang ini.
Salah satu kesempurnaan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain ialah adanya akal dan nafsu. Dua hal inilah yang membuat manusia dapat berpikir, bertanggung jawab, serta memilih jalan hidup, kelebihan-kelebihan ini seperti yang dijelaskan pada QS Al-Isra 70. Selain itu ada kelebihan lain yang dimiliki oleh manusia sehingga membuat manusia berbeda dari sesama manusia, yaitu hati.
Jika hati manusia kotor, derajatnya tentu akan sangat rendah di mata Allah SWT. Namun sebaliknya jika hatinya bersih dari segala perbuatan yang kotor maka tentu derajatnya akan ditinggikan oleh Allah SWT.
Sebagai makhluk Tuhan tentu manusia selain memiliki hak juga memiliki kewajiban. Kewajiban yang utama adalah beribadah kepadaAllah SWT yang merupakan tugas pokok dalam kehidupan manusia hingga apapun yang dilakukan manusia harus sesuai dengan perintah Allah SWT.
Adapun tanggung jawab manusia diciptakan oleh Allah SWT di dunia ini adalah sebagai khalifatullah dan sebagai abdi/hamba Allah.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu hakikat?
2.      Bagaimana Proses penciptaan manusia?
3.      Bagaimana eksistensi dan martabat manusia?
4.      Bagaimana tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah?


C.     Tujuan
1. Kita dapat mengetahui pengertian hakikat
2. Kita dapat mengetahui proses penciptaan manusia
3. Kita dapat mengetahui eksistensi dan martabat manusia

4. Kita dapat mengetahui tanggung jawab manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Manusia Dalam Pandangan Islam
Pengertian Hakikat
Menurut bahasa, hakikat berarti kebenaran atau seesuatu yang sebenar-benarnya atau asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat syariat adalah inti dan jiwa dari suatu syariat itu sendiri. Dikalangan tasauf orang mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.
1.      Proses penciptaan manusia
a.       Dari segi fisik (Jasmani)
Asal usul manusia dalam pandangan islam tidak terlepas dari figure adam sebagai manusia pertama. Adam adalah manusia pertama yang di ciptakan allah di muka bumi dengan segala karakter kemanusiannya. Figur Adam tidak dilahat dari fisik semata,tap yang lebih penting adalah bahwa Adam adalah manusia yang sempurna yang diangkat sebgai kalifah di muka bumi.
Dalam logika sederhana, dapat dipahami bahwa yang mengerti tentang penciptaan manusia adalah Sang Pencipta itu sendiri.Allah merupakan Sang Maha Pencipta, maka allah lah yang memahami tentang proses penciptaan manusia,antaralain dalam Q.S.23:12 yang terjemahannya sebagai berikut
Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati ( berasal) dari tanah.(Depag.R.I,1984:527)

      Ayat tersebut menjelaskan tentang asal keciptaan manusia dari sulalah min thin (sari pati tanah). Kata sulalah dapat diartikan sebagai hsil akhir dari sesuatu yang disarikan,dan tin berate tanah
Kemudian Q.S.23:13 disebutkan berikutini
Kemudian kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) daam tempat yang kokoh (rahim) Depag.R.I,1984:527)

      Pada berikutnya sari pati tanah berubah menjadi nutfah.Kata nutfah berate air yang telah tercampur ( hasir pembuahan spermatozoa dan ovum) posisi nutvah ini terletak di tempat yang kooh yang disebut rahim.Penjelasan yang lebih rinci terdapat dalam Q.S.23:14 yang terjemahanya sebagai berikut
Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah,lalu segumpal darah itu,kami jadikan tulang berulang,lalu tulang berulang itu kami bungkus dengan daging.Kemudian, kami jadikan dia makhluk yang ( berbentuk ) lain. Maka maha sucilah allah, pencipta yang baik. Baik (Depag. R.I.1984:527)

      Ayat ini menjelaskan tentang thapan reproduksi manusia.Perubahan nutfah (mani) menjadi alaqah (darah), mudghah (daging bergumpal) ,izham(tulang ) dan lahm (daging atau otot) membentuk khalqan akhar(makhluk yang baru) ykni anak, sehinga jadilah ia makhluk sempurna sebagai manusia.

b.      Dari segala jiwa (rohani)
Kata rohani dimisbatkan kepada kata arab ruh.Ruh adalah satu komponen penting yang menentukan cirri kemanusian. Allah meniupkan ruh tersebut setelah selesainya proses penciptaan fisik. Hal ini di jelaskan dalam Q.S.38:71-72 yang terjemahan nya berikut ini.
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat : “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.” Maka apabila telah Kusempurnakan Kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya (Depag.R.I,1984 :741)
         Mengenai hakikat ruh merupakan misteri besar yang dihadapi oleh manusia. Al-Quran menegaskan bahwa yang mengetahui hakikat ruh hanylah Allah SWT. Hal ini menjadi bukti tentang keterbatasan ilmu yang dimiliki oleh manusia karena sampai saat ini  belum ada dan bahkan tidak akan pernah ada manusia yang mampu mengungkapkan hakikatnya. Pernyataan ini dikemukakan oleh Allah dalam Q.S.17:85 yang terjemahannya sebagai berikut.
Dan mereka bertanya kepadamu tentang rob. Katakanlah: “Rob itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (Depag,R.I,1984:437)
Ruh merupakan getaran illahiah atau sinyal kebutuhan sebagaimana rahmat, nikmat, dan hikmah  yang kesemuanya sering terasa sentuhannya, tetapi sukar dipahami hakikatnya. Sentuhan getaran ilahiyah itu menyebabkan manusi dapat mencerna nilai-nilai belas kasih, kejujuran, kebenaran, keadilan dsb.
Selain kata ruh juga terdapat kata nafs yang banyak disebutkan dalam Al-Qur’an. Nafs juga termasuk unsur penting dalam diri manusia yang bersifat abstrak da sukar dipahami. Gejolak nafs dapat dirasakan menyebarkan keseluruh bagian tubuh manusia yang merupakan kumpulan dari bermilyar-miliyar sel hidup yang saling berhubungan. Nafs bekerja sesuai dengan bekerjanya system biologis manusia (Q.S.39:42) yang terjemahannya sbb
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang)  yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesunggunya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuatan Allah bagi kaum yang berfikir (Depag,R.I,1984:752).
Hubungan antara nafs dan fisik manusia demikian erat meski sukar untuk diketahui dengan pasti bagaimana hubungan itu berjalan. Dua hal yang berbeda, mental dan fisik, dapat menjalain interelasi sebab akibat. Kesedihan dapat menyebabkan mata mengeluarkan cairan kesengsaraan membuat badan kurus. Dikenal pula istilah psikosomatik, yaitu penyakit-penyakit fisik yang disebabkan oleh masalah kejiwaan. Pada ayat lain Allah menyebutkan dua potensi yang terdapat didalam nafs (jiwa) yakni potensi buruk (fujur) dan potensi baik ( taqwa). Dan manusia di dorong untuk memupuk potensi-potensi baik itu guna mencapai kesempurnaannya sebagai manusia (Q.S.91:7-10).
Perpisahan antara nafs dan fisik disebut maut dan ini adalah peristiwa yang paling misterius dalam kehidupan manusia sebelum ia menjumpai peristiwa-peristiwa lainnya di alam yang lain pula. Sebagaimana firman Allah swt dalam Q.S.6:93 dan Q.S.3:185 yang terjemahnnya sbb
Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluakanlah nyawa mu” (Depag.R.I,1984:202) Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati (Depag. R.I,1984:109).

c.       Fitrah Manusia
Kata fitrah berasal dari kata “sfatara” yang artinya ciptaan, suci dan seimbang. Kata fitrah dalam arti penciptaan tidak hanya dikaitkan dengan arti penciptaan fisik dalam konotasi nilai.
Lahirnya fitrah sebagai nilai dasar kebaikan manusia itu dapat dirujukan pada Al-araf (7): 172. Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
Fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang di miliki manusia tersebut dapat di kelompokkan kepada dua hal, yaitu potensi fisik dan potensi rohaniah. Potensi fisik manusia telah di jelaskan pada bagian yang lalu sedangkan potensi rohaniah adalah akal, kalbu dan nafsu. Akal dalam pengertian bahasa Indonesia berarti pikiran/rasio.
Harun Nasution (1986) menyebut akal dalam arti asalnya (bahasa arab yaitu menahan dan orang akil di zaman zahilliyah yang dikenal dengan darah panasnya dapat mengambil sikap dan tindakan yang berisi kebijaksanaan dalam mengatasi masalah yang di hadapinya).
Menurut Al-Ghazali Fitrah manusia:
1.       kemampuan dasar sejak lahir yang berpusat pada potensi dasar untuk berkembang.

2.        Potensi dasar yang berkembang secara menyeluruh menggerakkan seluruh aspek secara mekanik dimana satu sama lain saling mempengaruhi menuju kearah tertentu.

3.       Merupakan komponen dasar yang bersifat dinamis, dan responsif terhadap pengaruh luar yang meliputi: bakat, insting, hereditas, nafsu, karakter dan intuisi.

B.     Eksistensi dan Martabat Manusia
Eksistensi manusia di dunia adalah sebagai tanda kekuasaan Allah Swt terhadap hamba-hamba-Nya, bahwa dialah yang mencipytakan, menghidupkan dan menjaga kehidupan manusia. Dengan demikian, tujuan diciptakan manusia dalam konteks hubungan manusia dengan Allah Swt adalah dengan mengimami Allah Swt dan memikirkan ciptaan-Nya untuk menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Sedangkan dalam konteks hubungan manusia dengan manusia, serta manusia dengan alam adalah untuk berbuat amal, yaitu perbuatan baik dan tidak melakukan kejahatan terhadap sesama manusia, serta tidak merusak alam. Terkait dengan tujuan hidup manusia dengan manusia lain dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.      Tujuan Umum Adanya Manusia di Dunia
Dalam al-qur’an Q.S. Al-Anbiya ayat 107 yang artinya :
Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk Rahmat bagi semesta alam”

Ayat ini menerangkan tujuan manusia diciptakan oleh Allah SWT dan berada didunia ini adalah untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Arti kata rahmat adalah karunia, kasih sayang dan belas kasih. Jadi manusia sebagai rahmah adalah manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk menebar dan memberikan kasih saying kepada alam semesta.  
2.      Tujuan Khusus Adanya Manusia di Dunia
Tujuan khusus adanya manusia di dunia adalah sukses di dunia dan di akhirat dengan cara melaksanakan amal shaleh yang merupakan investasi pribadi manusia sebagai individu. Allah berfirman dalam Q.S. An-Nahl ayat 97 yang artinya : “Barang siapa mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Allah SWT akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan diberi balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dengan apa yang telah mereka kerjakan”.
3.      Tujuan Individu Dalam Keluarga
Manusia di dunia tidak hidup sendirian. Manusia merupakan makhluk sosial yang mempunyai ifat hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain.. Hampir semua manusia, pada awalnya merupkan bgian dari anggota kelompok sosial yang dinamakan keluarga. dalam Ilmu komunukasi dan sosiologi kelurga merupakan bagian dari klasifikasi kelompak sosial dan termasuk dalam small group atau kelompok terkecil di karnakan paling sedikit anggotanya terdiri dari dua orang. Nanun keberadaan keluraga penting karena merupakan bentuk khusus dalm kerangka sistem sosial secara keseluruhan. Small group seolah-olah merupakan miniatur masyarakat yang juga memiliki pembagian kerja, kodo etik pemerintahan, prestige, ideologi dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan tujuan individu daln keluarga adalah agar individu tersebut menemukan ketentraman, kebahagian dan membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah. Manusia diciptakan berpasang-pasangan. Oleh sebab utu, sudah wajar manusia baik laki-laki dan perempuan membentuk keluarga. Tujuan manusia berkelurga menurut Q.S. Al-Ruum ayat 21 yang artinya:
"Dan  diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tentram, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang . Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaaum yang mau berfikir."
Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia adalh supaya tentram. Untuk menjadi keluarga yang tentram, Allah SWT memberikan rasa kasih sayang. Oleh sebab itu, dalam kelurga harus dibangun rasa kasih sayang satu sama lain.
4.      Tujuan Individu Dalam Masyarakat
Setelah hidup berkeluarga, maka manusia mempunyai kebutuhan untuk bermasyarakat. Tujuan hidup bermasyarakat adalah keberkahan dalam hidup yang melimpah. Kecukupan kebutuhan hidup ini menyangkut kebutuhan fisik seperti perumahan, makan, pakaian, kebutuhan sosial (bertetangga), kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat mudah diperoleh apabila masyarakat beriman dan bertakwa. Apabila masyarakat tidak beriman dan bertakwa, maka Allah akan memberikan siksa dan jauh dari keberkahan. Oleh sebab itu, apabila dalam suatu masyarakat ingin hidup damai dan serba kecukupan, maka kita harus mengajak setiap anggota masyarakat untuk memelihara iman dan takwa. Allah berfirman :
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS Al-Araaf : 96)
Pada dasarnya manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu:
a.      Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya  yaitu masyarakat
b.     Keinginan untuk menjadi satu dengan suasan alam di sekelilingnya
     Istilah masyarakat dalam Ilmu sosiologi adalah kumpulan individu yang bertempat tinggal di suatu wilayah dengan batas-batastertntu, dimana factor utama  yang menjadi dasarnya adalh interaksi yang lebih besar diantara anggot-anggotanya.         
5.      Tujuan Individu Dalam Bernegara
Sebagai makhluk hidup yang selalu ingin berkembang menemukan jati diri sebagai pribadi yang utuh, maka manusia harus hidup bermasyarakat/bersentuhan dengan dunia sosial. Lebih dari itu manusia sebagai individu dari masyarakat memiliki jangkauan yang lebih luas lagi yakni dalam kehidupan bernegara. Maka, tujuan individu dalam bernegara adalah menjadi warganegara yang baik di dalam lingkungan negara yang baik yaitu negara yang aman, nyaman serta makmur.
6.      Tujuan Individu Dalam Pergaulan Internasional
Setelah kehidupan bernegara, tidak dapat terlepas dari kehidupan internasional / dunia luar. Dengan era globalisasi kita sebagai makhluk hidup yang ingin tetap eksis, maka kita harus bersaing dengan ketat untuk menemukan jati diri serta pengembangan kepribadian. Jadi tujuan individu dalam pergaulan internasional adalah menjadi individu yang saling membantu dalam kebaikan dan individu yang dapat membedakan mana yang baik dan buruk dalam dunia globalisasi agar tidak kalah dan tersesat dalam percaturan dunia.

C.    Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba Allah dan sebagai Khalifah
Didalam Al-Qur`an proses penciptaan manusia memang tidak dijelaskan secara rinci, akan tetapi hakikat diciptakannya manusia menurut islam yakni sebagai mahluk yang diperintahkan untuk menjaga dan mengelola bumi. Antara anugerah utama Allah kepada manusia ialah pemilihan manusia untuk menjadi khalifah atau wakil-Nya di bumi. Dengan demikian manusia berkewajiban menegakkan kebenaran, kebaikan, mewujudkan kedamaian, menghapuskan kemungkaran serta penyelewengan dan penyimpangan dari jalan Allah. Dikalangan makhluk ciptaan Allah, manusia telah dipilih oleh Allah melaksanakan tanggung jawab tersebut. Ini sudah tentu karena manusia merupakan makhluk yang paling istimewa. Hal ini tentu harus kita kaitkan dengan konsekuensi terhadap manusia yang diberikan suatu kesempurnaan berupa akal dan pikiran yang tidak pernah di miliki oleh mahluk-mahluk hidup yang lainnya sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Manusia sebagai mahluk yang telah diberikan kesempurnaan haruslah mampu menempatkan dirinya sesuai dengan hakikat diciptakannya yakni sebagai penjaga atau pengelola bumi yang dalam hal ini disebut dengan khalifah. Allah SWT berfirman bahwa fungsi dan peran manusia adalah sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi. Allah berfirman :
(Q.S. Al-Baqarah : 30)
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ (٣٠)
30. ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
 Dalam kamus Bahasa Indonesia, khalifah berarti pimpinan umat. Menjadi pemimpin adalah fitrah setiap manusia. Namun karena satu dan lain hal, fitrah ini tersembunyi, tercemar bahkan mungkin telah lama hilang. Akibatnya, banyak orang yang merasa dirinya bukan pemimpin. Mereka telah lama menyerahkan kendali hidupnya pada orang lain dan lingkungan sekitarnya. Mereka perlu “dibangunkan” dan disadarkan akan besarnya potensi yang mereka miliki.
Kepemimpinan adalah suatu amanah yang diberikan Allah yang suatu ketika nanti harus kita pertanggungjawabkan. Karena itu siapa pun anda, di mana pun anda berada, anda adalah seorang pemimpin, minimal memimpin diri sendiri. Kepemimpinan adalah mengenai diri sendiri. Kepemimpinan adalah perilaku kita sehari-hari. Kepemimpinan berkaitan dengan hal-hal sederhana seperti berbakti kepada orang tua, tidak berbohong, mengunjungi kawan yang sakit, bersilahturahmi dengan tetangga, mendengar keluh kesah sahabat, dan sebagainya.
Kata khalifah berasal dari kata khalafa yakhlifu khilafatan atau khalifatan yang berarti meneruskan, sehingga kata khalifah dapat diartikan sebagai pemilih atau penerus ajaran Allah.
Menurut Al-Qur’an Tuhan berfirman :
Adz-Dzaariyaat (51 ayat 56) :
“dan tidak aku jadikan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah
kepada-Ku.”
Di dalam Surat An-Nisa ayat 58-59 tersebut dijelaskan kriteria pemerintahan (kepemimpinan) yang baik, yaitu :
1.Pemerintah yang pemimpinnya menyampaikan amanat kepada yang berhak dan berlaku adil.
2.Musyawarah pada setiap persoalan dan apabila terjadi perselisihan maka hendaklah kembali kepada sumber hukum Islam.
3.Pemerintahan yang memiliki sifat kooperatif antara rakyat dan pemerintah, rakyat harus patuh dan taat pada peraturan yang dibuat oleh pemerintah dalam hal ini baik dan benar dan pemerintah harus benar-benar menjalankan pemerintahan untuk kepentingan rakyat.
     Setiap orang sebenarnya pemimpin. Setiap orang dapt mengatur dirinya sendiri. Sayangnya, banyak yang tidak sadar akan kemampuannya tersebut. Maka untuk menjadi sadar ada tiga hal yang perlu dilakukan agar kita semua sadar akan kemampuan kita sebagai pemimpin, yaitu :
            a. Memahami diri sendiri (Self Understanding)
                Proses ini kita harus memahami dan mengenal diri kita. Untuk menjadi pemimpin kita harus sadar siapakah kita sebenarnya. Nabi Muhammad SAW bersabda :
              "Siapa yang mengenal dirinya maka akan mengenal Tuhannya" 
     Tanpa mengenali diri kita dengan benar ,maka sulit untuk menemukan makna kehidupan hidup adalah sebuah perjalanan melingkar, kita harus tahu siapa kita dan bagaimana kita seharusnya?
             b. Kesadaran diri (Self Awareness)
                 Kesadran diri berarti sadar akan perasaan kita . Untuk menjadi pemompim kita harus melek emosi dan kita harus mampu mengenali dan mengindentifikasi-kan perasaan apapun yang sedang kita rasakan.
              c. Pengendaalian diri (self Control)
                  Pengendalian diri berarti sadar sepenuhnya akan apa yang akak kita lakukan Ini adalh hasil dari kecerdasan emosi yang tinggi. Pengendalian diri baru dapat terlihat ketika situsi yang sulit dan melibatkan emosi, sebagai pemimpin kita harus bisa mengendalikannya. Pemimpin yang mampu mengendalikan diri tidak akan tergoda untuk melakukan  dan memgambil sesuatu yang bukan haknya. Pengendalian duru juga ditunjukkan oleh keberanian seseorang untuk membuat komotmen dan melaksanakan komitmen tersebut.
Allah Swt dengan kehendak dan kebijaksanaan-Nya telah menciptakan makhluk-mkhluk yang di tempatkan di alam pencipta-Nya. Manusia di antara makhluk Allah Swt dan menjadi hamba Allah Swt. Sebagai hamba Allah yang tanggung jawab adalah amat luas di dalam kehidupannya, meliputi semua keadaan dan tugas yang di tentukan kepada-Nya.
Tanggung jawab manusia secara umum digambarkan oleh Rasulullah Saw di dalam hadis berikut :
Dari Ibnu Umar RA : “Saya Mendengar Rasulullah Saw bersabda yang bermaksud: “Semua orang dari engkau sekalian adalah pengembala dan dipertanggung jawabkan terhadap apa yang di gembalanya. Seorang lelaki adalah pengembala dalam keluarganya dan akan di Tanya tentang pengembalanya. Seorang isteri adalah pengembala di rumah suamina dan akan ditanya tentang pengembalanya. Seorang khadam juga pengembalanya dalam harta tuannya dan akan di Tanya tentang pengembalanya. Maka semua dari kamu sekalian adalah pengembala dan akan di Tanya tentang pengembalanya.”
          Allah menciptakan manusia ada tujuan-tujuannya yang tertentu. Manusia di ciptakan untuk di kembalikan semula kepada Allah dan setiap manusia akan di Tanya atas setiap usaha dan amal yang di lakukan selama hidup di dunia. Apabila pengakuan terhadap kenyataan dan hakikat wujudnya hari pembalasan telah di buat maka tugas yan diwajibkan ke atas dirinya perlu dilaksanakan.


































BAB III

A.    Kesimpulan
Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt.
Sebagai makhluk yang dibekali dengan berbagai kelebihan jika dibandingan denagn makhluk lain, sudah sepatutnya manusia mensyukuri anugrah tersebut dengan berbagai cara, diantaranya dengan memaksimalkan semua potensi yang ada pada diri kita. Kita juga dituntut untuk terus mengembangkan potensi tersebut dalam rangka mewujudkan tugas dan tanggung jawab manusia sebagai makhluk dan khalifah di bumi.
               Manusia diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah. Namun, manusia juga memiliki sifat pelupa sehingga kadang lupa siapa dirinya dan untuk apa dirinya berada di muka bumi ini. Sesungguhnya Allah menciptakan manusia sebagai khalifah bukan untuk melakukan kerusakan di muka bumi ini. Tugas manusia adalah menebar kebaikan serta menjaga keseimbangan alam semesta





DAFTAR PUSTAKA
H.S, Nasrul,dkk. 2011. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum.Padang: UNP press
http://www.scribd.com/doc/22940959/Makalah-Agama-Islam-Hakikat-Manusia-Dalam-Islam
http://www.asni_rasyid.com/Makalah-agama-Hakikat-Manusia-Dalam-Islam







Blog, Updated at: 1:46 PM

0 komentar nya:

Post a Comment