BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manusia adalah salah satu ciptaan Allah yang paling sempurna.
Diciptakan dari saripati tanah yang kemudian menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah
hingga akhirnyamenjadi wujud yang sekarang ini.
Salah satu kesempurnaan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk
lain ialah adanya akal dan nafsu. Dua hal inilah yang membuat manusia dapat
berpikir, bertanggung jawab, serta memilih jalan hidup, kelebihan-kelebihan ini
seperti yang dijelaskan pada QS Al-Isra 70. Selain itu ada kelebihan lain yang
dimiliki oleh manusia sehingga membuat manusia berbeda dari sesama manusia,
yaitu hati.
Jika hati manusia kotor,
derajatnya tentu akan sangat rendah di mata Allah SWT. Namun sebaliknya jika
hatinya bersih dari segala perbuatan yang kotor maka tentu derajatnya akan
ditinggikan oleh Allah SWT.
Sebagai makhluk Tuhan tentu manusia selain memiliki hak juga
memiliki kewajiban. Kewajiban yang utama adalah beribadah kepadaAllah SWT yang
merupakan tugas pokok dalam kehidupan manusia hingga apapun yang dilakukan
manusia harus sesuai dengan perintah Allah SWT.
Adapun tanggung jawab manusia diciptakan oleh Allah SWT di dunia
ini adalah sebagai khalifatullah dan sebagai abdi/hamba Allah.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa itu
hakikat?
2.
Bagaimana
Proses penciptaan manusia?
3.
Bagaimana
eksistensi dan martabat manusia?
4.
Bagaimana
tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah?
C.
Tujuan
1.
Kita dapat mengetahui pengertian hakikat
2.
Kita dapat mengetahui proses penciptaan manusia
3.
Kita dapat mengetahui eksistensi dan martabat manusia
4.
Kita dapat mengetahui tanggung jawab manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah
SWT
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat
Manusia Dalam Pandangan Islam
Pengertian
Hakikat
Menurut bahasa, hakikat berarti kebenaran atau seesuatu yang
sebenar-benarnya atau asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu
adalah inti dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Karena itu
dapat dikatakan hakikat syariat adalah inti dan jiwa dari suatu syariat itu
sendiri. Dikalangan tasauf orang mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya
karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan
pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.
1. Proses
penciptaan manusia
a. Dari
segi fisik (Jasmani)
Asal usul
manusia dalam pandangan islam tidak terlepas dari figure adam sebagai manusia
pertama. Adam adalah manusia pertama yang di ciptakan allah di muka bumi dengan
segala karakter kemanusiannya. Figur Adam tidak dilahat dari fisik semata,tap
yang lebih penting adalah bahwa Adam adalah manusia yang sempurna yang diangkat
sebgai kalifah di muka bumi.
Dalam logika
sederhana, dapat dipahami bahwa yang mengerti tentang penciptaan manusia adalah
Sang Pencipta itu sendiri.Allah merupakan Sang Maha Pencipta, maka allah lah
yang memahami tentang proses penciptaan manusia,antaralain dalam Q.S.23:12 yang
terjemahannya sebagai berikut
Dan
sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati ( berasal)
dari tanah.(Depag.R.I,1984:527)
Ayat tersebut menjelaskan tentang asal
keciptaan manusia dari sulalah min thin (sari pati tanah). Kata sulalah dapat
diartikan sebagai hsil akhir dari sesuatu yang disarikan,dan tin berate tanah
Kemudian
Q.S.23:13 disebutkan berikutini
Kemudian
kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) daam tempat yang kokoh
(rahim) Depag.R.I,1984:527)
Pada berikutnya sari pati tanah berubah
menjadi nutfah.Kata nutfah berate air yang telah tercampur ( hasir pembuahan
spermatozoa dan ovum) posisi nutvah ini terletak di tempat yang kooh yang
disebut rahim.Penjelasan yang lebih rinci terdapat dalam Q.S.23:14 yang
terjemahanya sebagai berikut
Kemudian
air mani itu kami jadikan segumpal darah,lalu segumpal darah itu,kami jadikan
tulang berulang,lalu tulang berulang itu kami bungkus dengan daging.Kemudian,
kami jadikan dia makhluk yang ( berbentuk ) lain. Maka maha sucilah allah,
pencipta yang baik. Baik (Depag. R.I.1984:527)
Ayat ini menjelaskan tentang thapan
reproduksi manusia.Perubahan nutfah (mani) menjadi alaqah (darah), mudghah
(daging bergumpal) ,izham(tulang ) dan lahm (daging atau otot) membentuk khalqan
akhar(makhluk yang baru) ykni anak, sehinga jadilah ia makhluk sempurna sebagai
manusia.
b. Dari
segala jiwa (rohani)
Kata rohani dimisbatkan kepada kata arab ruh.Ruh
adalah satu komponen penting yang menentukan cirri kemanusian. Allah meniupkan
ruh tersebut setelah selesainya proses penciptaan fisik. Hal ini di jelaskan
dalam Q.S.38:71-72 yang terjemahan nya berikut ini.
(Ingatlah) ketika
Tuhanmu berfirman kepada malaikat : “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia
dari tanah.” Maka apabila telah Kusempurnakan Kejadiannya dan Kutiupkan
kepadanya roh (ciptaan) Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud
kepadanya (Depag.R.I,1984 :741)
Mengenai hakikat ruh
merupakan misteri besar yang dihadapi oleh manusia. Al-Quran menegaskan bahwa
yang mengetahui hakikat ruh hanylah Allah SWT. Hal ini menjadi bukti tentang
keterbatasan ilmu yang dimiliki oleh manusia karena sampai saat ini belum ada dan bahkan tidak akan pernah ada
manusia yang mampu mengungkapkan hakikatnya. Pernyataan ini dikemukakan oleh
Allah dalam Q.S.17:85 yang terjemahannya sebagai berikut.
Dan mereka bertanya
kepadamu tentang rob. Katakanlah: “Rob itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan
tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (Depag,R.I,1984:437)
Ruh merupakan getaran illahiah atau sinyal kebutuhan
sebagaimana rahmat, nikmat, dan hikmah
yang kesemuanya sering terasa sentuhannya, tetapi sukar dipahami
hakikatnya. Sentuhan getaran ilahiyah itu menyebabkan manusi dapat mencerna
nilai-nilai belas kasih, kejujuran, kebenaran, keadilan dsb.
Selain kata ruh juga terdapat kata nafs yang banyak
disebutkan dalam Al-Qur’an. Nafs juga termasuk unsur penting dalam diri manusia
yang bersifat abstrak da sukar dipahami. Gejolak nafs dapat dirasakan menyebarkan
keseluruh bagian tubuh manusia yang merupakan kumpulan dari bermilyar-miliyar
sel hidup yang saling berhubungan. Nafs bekerja sesuai dengan bekerjanya system
biologis manusia (Q.S.39:42) yang terjemahannya sbb
Allah memegang jiwa
(orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia
tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan
jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesunggunya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda kekuatan Allah bagi kaum yang berfikir
(Depag,R.I,1984:752).
Hubungan antara nafs dan fisik manusia demikian erat
meski sukar untuk diketahui dengan pasti bagaimana hubungan itu berjalan. Dua
hal yang berbeda, mental dan fisik, dapat menjalain interelasi sebab akibat.
Kesedihan dapat menyebabkan mata mengeluarkan cairan kesengsaraan membuat badan
kurus. Dikenal pula istilah psikosomatik, yaitu penyakit-penyakit fisik yang
disebabkan oleh masalah kejiwaan. Pada ayat lain Allah menyebutkan dua potensi
yang terdapat didalam nafs (jiwa) yakni potensi buruk (fujur) dan potensi baik
( taqwa). Dan manusia di dorong untuk memupuk potensi-potensi baik itu guna
mencapai kesempurnaannya sebagai manusia (Q.S.91:7-10).
Perpisahan antara nafs dan fisik disebut maut dan
ini adalah peristiwa yang paling misterius dalam kehidupan manusia sebelum ia
menjumpai peristiwa-peristiwa lainnya di alam yang lain pula. Sebagaimana
firman Allah swt dalam Q.S.6:93 dan Q.S.3:185 yang terjemahnnya sbb
Alangkah dahsyatnya
sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam
tekanan-tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya,
(sambil berkata): “Keluakanlah nyawa mu” (Depag.R.I,1984:202) Tiap-tiap yang
berjiwa akan merasakan mati (Depag. R.I,1984:109).
c. Fitrah
Manusia
Kata fitrah
berasal dari kata “sfatara” yang artinya ciptaan, suci dan seimbang. Kata
fitrah dalam arti penciptaan tidak hanya dikaitkan dengan arti penciptaan fisik
dalam konotasi nilai.
Lahirnya fitrah sebagai
nilai dasar kebaikan manusia itu dapat dirujukan pada Al-araf (7): 172.
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab:
"Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya
kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan)",
Fitrah dalam
arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi
yang di miliki manusia tersebut dapat di kelompokkan kepada dua hal, yaitu
potensi fisik dan potensi rohaniah. Potensi fisik manusia telah di jelaskan
pada bagian yang lalu sedangkan potensi rohaniah adalah akal, kalbu dan nafsu.
Akal dalam pengertian bahasa Indonesia berarti pikiran/rasio.
Harun
Nasution (1986) menyebut akal dalam arti asalnya (bahasa arab yaitu menahan dan
orang akil di zaman zahilliyah yang dikenal dengan darah panasnya dapat
mengambil sikap dan tindakan yang berisi kebijaksanaan dalam mengatasi masalah
yang di hadapinya).
Menurut Al-Ghazali Fitrah manusia:
1.
kemampuan dasar sejak lahir yang berpusat pada potensi
dasar untuk berkembang.
2.
Potensi dasar
yang berkembang secara menyeluruh menggerakkan seluruh aspek secara mekanik
dimana satu sama lain saling mempengaruhi menuju kearah tertentu.
3. Merupakan komponen dasar yang bersifat
dinamis, dan responsif terhadap pengaruh luar yang meliputi: bakat, insting,
hereditas, nafsu, karakter dan intuisi.
B.
Eksistensi
dan Martabat Manusia
Eksistensi manusia di dunia adalah
sebagai tanda kekuasaan Allah Swt terhadap hamba-hamba-Nya, bahwa dialah yang
mencipytakan, menghidupkan dan menjaga kehidupan manusia. Dengan demikian,
tujuan diciptakan manusia dalam konteks hubungan manusia dengan Allah Swt
adalah dengan mengimami Allah Swt dan memikirkan ciptaan-Nya untuk menambah
keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Sedangkan dalam konteks hubungan
manusia dengan manusia, serta manusia dengan alam adalah untuk berbuat amal,
yaitu perbuatan baik dan tidak melakukan kejahatan terhadap sesama manusia,
serta tidak merusak alam. Terkait dengan tujuan hidup manusia dengan manusia
lain dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
Tujuan Umum Adanya Manusia di Dunia
Dalam al-qur’an Q.S. Al-Anbiya ayat 107 yang artinya :
“Dan tiadalah kami mengutus kamu,
melainkan untuk Rahmat bagi semesta alam”
Ayat ini
menerangkan tujuan manusia diciptakan oleh Allah SWT dan berada didunia ini
adalah untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Arti kata rahmat adalah karunia,
kasih sayang dan belas kasih. Jadi manusia sebagai rahmah adalah manusia
diciptakan oleh Allah SWT untuk menebar dan memberikan kasih saying kepada alam
semesta.
2.
Tujuan Khusus Adanya Manusia di Dunia
Tujuan khusus adanya manusia di
dunia adalah sukses di dunia dan di akhirat dengan cara melaksanakan amal
shaleh yang merupakan investasi pribadi manusia sebagai individu. Allah
berfirman dalam Q.S. An-Nahl ayat 97 yang artinya : “Barang siapa mengerjakan
amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya Allah SWT akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan
diberi balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dengan apa yang
telah mereka kerjakan”.
3.
Tujuan Individu Dalam Keluarga
Manusia di dunia tidak hidup
sendirian. Manusia merupakan makhluk sosial yang mempunyai ifat hidup
berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain.. Hampir semua manusia, pada
awalnya merupkan bgian dari anggota kelompok sosial yang dinamakan keluarga.
dalam Ilmu komunukasi dan sosiologi kelurga merupakan bagian dari klasifikasi
kelompak sosial dan termasuk dalam small group atau kelompok terkecil di
karnakan paling sedikit anggotanya terdiri dari dua orang. Nanun
keberadaan keluraga penting karena merupakan bentuk khusus dalm kerangka sistem
sosial secara keseluruhan. Small group seolah-olah merupakan miniatur
masyarakat yang juga memiliki pembagian kerja, kodo etik pemerintahan,
prestige, ideologi dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan tujuan individu daln
keluarga adalah agar individu tersebut menemukan ketentraman, kebahagian dan
membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah. Manusia diciptakan
berpasang-pasangan. Oleh sebab utu, sudah wajar manusia baik laki-laki dan
perempuan membentuk keluarga. Tujuan manusia berkelurga menurut Q.S. Al-Ruum
ayat 21 yang artinya:
"Dan diantara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,
supaya kamu merasa tentram, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang .
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaaum
yang mau berfikir."
Tujuan hidup berkeluarga dari setiap
manusia adalh supaya tentram. Untuk menjadi keluarga yang tentram, Allah SWT
memberikan rasa kasih sayang. Oleh sebab itu, dalam kelurga harus dibangun rasa
kasih sayang satu sama lain.
4.
Tujuan Individu Dalam Masyarakat
Setelah hidup berkeluarga, maka
manusia mempunyai kebutuhan untuk bermasyarakat. Tujuan hidup bermasyarakat
adalah keberkahan dalam hidup yang melimpah. Kecukupan kebutuhan hidup ini
menyangkut kebutuhan fisik seperti perumahan, makan, pakaian, kebutuhan sosial
(bertetangga), kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut dapat mudah diperoleh apabila masyarakat beriman dan bertakwa. Apabila
masyarakat tidak beriman dan bertakwa, maka Allah akan memberikan siksa dan
jauh dari keberkahan. Oleh sebab itu, apabila dalam suatu masyarakat ingin
hidup damai dan serba kecukupan, maka kita harus mengajak setiap anggota
masyarakat untuk memelihara iman dan takwa. Allah berfirman :
“Jikalau sekiranya penduduk
negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan itu, maka Kami
siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS Al-Araaf : 96)
Pada dasarnya manusia memiliki dua
hasrat atau keinginan pokok, yaitu:
a. Keinginan
untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya yaitu masyarakat
b. Keinginan
untuk menjadi satu dengan suasan alam di sekelilingnya
Istilah masyarakat dalam Ilmu sosiologi adalah kumpulan individu yang bertempat
tinggal di suatu wilayah dengan batas-batastertntu, dimana factor utama
yang menjadi dasarnya adalh interaksi yang lebih besar diantara anggot-anggotanya.
5.
Tujuan Individu Dalam Bernegara
Sebagai makhluk hidup yang selalu
ingin berkembang menemukan jati diri sebagai pribadi yang utuh, maka manusia
harus hidup bermasyarakat/bersentuhan dengan dunia sosial. Lebih dari itu
manusia sebagai individu dari masyarakat memiliki jangkauan yang lebih luas
lagi yakni dalam kehidupan bernegara. Maka, tujuan individu dalam bernegara
adalah menjadi warganegara yang baik di dalam lingkungan negara yang baik yaitu
negara yang aman, nyaman serta makmur.
6.
Tujuan Individu Dalam Pergaulan Internasional
Setelah
kehidupan bernegara, tidak dapat terlepas dari kehidupan internasional / dunia
luar. Dengan era globalisasi kita sebagai makhluk hidup yang ingin tetap eksis,
maka kita harus bersaing dengan ketat untuk menemukan jati diri serta
pengembangan kepribadian. Jadi tujuan individu dalam pergaulan internasional
adalah menjadi individu yang saling membantu dalam kebaikan dan individu yang
dapat membedakan mana yang baik dan buruk dalam dunia globalisasi agar tidak
kalah dan tersesat dalam percaturan dunia.
C.
Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba
Allah dan sebagai Khalifah
Didalam Al-Qur`an proses penciptaan
manusia memang tidak dijelaskan secara rinci, akan tetapi hakikat diciptakannya
manusia menurut islam yakni sebagai mahluk yang diperintahkan untuk menjaga dan
mengelola bumi. Antara anugerah utama Allah kepada manusia ialah pemilihan
manusia untuk menjadi khalifah atau wakil-Nya di bumi. Dengan demikian manusia
berkewajiban menegakkan kebenaran, kebaikan, mewujudkan kedamaian, menghapuskan
kemungkaran serta penyelewengan dan penyimpangan dari jalan Allah. Dikalangan
makhluk ciptaan Allah, manusia telah dipilih oleh Allah melaksanakan tanggung
jawab tersebut. Ini sudah tentu karena manusia merupakan makhluk yang paling
istimewa. Hal ini tentu harus kita kaitkan dengan konsekuensi terhadap manusia
yang diberikan suatu kesempurnaan berupa akal dan pikiran yang tidak pernah di
miliki oleh mahluk-mahluk hidup yang lainnya sehingga dapat memahami ilmu yang
diturunkan Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia
mampu berbudaya. Manusia sebagai mahluk yang telah diberikan kesempurnaan
haruslah mampu menempatkan dirinya sesuai dengan hakikat diciptakannya yakni
sebagai penjaga atau pengelola bumi yang dalam hal ini disebut dengan khalifah.
Allah SWT berfirman
bahwa fungsi dan peran manusia adalah sebagai khalifah atau pemimpin di muka
bumi. Allah berfirman :
(Q.S. Al-Baqarah : 30)
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ
إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ
فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ
قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ (٣٠)
30. ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada Para Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang
tidak kamu ketahui.”
Dalam kamus
Bahasa Indonesia, khalifah berarti pimpinan umat. Menjadi pemimpin adalah
fitrah setiap manusia. Namun karena satu dan lain hal, fitrah ini tersembunyi,
tercemar bahkan mungkin telah lama hilang. Akibatnya, banyak orang yang merasa
dirinya bukan pemimpin. Mereka telah lama menyerahkan kendali hidupnya pada
orang lain dan lingkungan sekitarnya. Mereka perlu “dibangunkan” dan disadarkan
akan besarnya potensi yang mereka miliki.
Kepemimpinan
adalah suatu amanah yang diberikan Allah yang suatu ketika nanti harus kita
pertanggungjawabkan. Karena itu siapa pun anda, di mana pun anda berada, anda
adalah seorang pemimpin, minimal memimpin diri sendiri. Kepemimpinan adalah
mengenai diri sendiri. Kepemimpinan adalah perilaku kita sehari-hari.
Kepemimpinan berkaitan dengan hal-hal sederhana seperti berbakti kepada orang
tua, tidak berbohong, mengunjungi kawan yang sakit, bersilahturahmi dengan
tetangga, mendengar keluh kesah sahabat, dan sebagainya.
Kata khalifah berasal dari kata khalafa
yakhlifu khilafatan atau khalifatan yang berarti meneruskan, sehingga kata
khalifah dapat diartikan sebagai pemilih atau penerus ajaran Allah.
Menurut Al-Qur’an Tuhan berfirman :
Adz-Dzaariyaat (51 ayat 56) :
“dan tidak
aku jadikan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah
kepada-Ku.”
Di dalam Surat
An-Nisa ayat 58-59 tersebut dijelaskan kriteria pemerintahan (kepemimpinan)
yang baik, yaitu :
1.Pemerintah yang
pemimpinnya menyampaikan amanat kepada yang berhak dan berlaku adil.
2.Musyawarah pada
setiap persoalan dan apabila terjadi perselisihan maka hendaklah kembali kepada
sumber hukum Islam.
3.Pemerintahan
yang memiliki sifat kooperatif antara rakyat dan pemerintah, rakyat harus patuh
dan taat pada peraturan yang dibuat oleh pemerintah dalam hal ini baik dan
benar dan pemerintah harus benar-benar menjalankan pemerintahan untuk
kepentingan rakyat.
Setiap orang sebenarnya pemimpin. Setiap orang dapt mengatur dirinya sendiri.
Sayangnya, banyak yang tidak sadar akan kemampuannya tersebut. Maka untuk
menjadi sadar ada tiga hal yang perlu dilakukan agar kita semua sadar akan
kemampuan kita sebagai pemimpin, yaitu :
a.
Memahami diri sendiri (Self Understanding)
Proses ini kita
harus memahami dan mengenal diri kita. Untuk menjadi pemimpin kita harus sadar
siapakah kita sebenarnya. Nabi Muhammad SAW bersabda :
"Siapa yang mengenal dirinya maka akan mengenal
Tuhannya"
Tanpa
mengenali diri kita dengan benar ,maka sulit untuk menemukan makna kehidupan
hidup adalah sebuah perjalanan melingkar, kita harus tahu siapa kita dan
bagaimana kita seharusnya?
b.
Kesadaran diri (Self Awareness)
Kesadran diri
berarti sadar akan perasaan kita . Untuk menjadi pemompim kita harus melek
emosi dan kita harus mampu mengenali dan mengindentifikasi-kan perasaan apapun
yang sedang kita rasakan.
c.
Pengendaalian diri (self Control)
Pengendalian
diri berarti sadar sepenuhnya akan apa yang akak kita lakukan Ini adalh hasil
dari kecerdasan emosi yang tinggi. Pengendalian diri baru dapat terlihat ketika
situsi yang sulit dan melibatkan emosi, sebagai pemimpin kita harus bisa
mengendalikannya. Pemimpin yang mampu mengendalikan diri tidak akan tergoda
untuk melakukan dan memgambil sesuatu yang bukan haknya. Pengendalian
duru juga ditunjukkan oleh keberanian seseorang untuk membuat komotmen dan
melaksanakan komitmen tersebut.
Allah Swt dengan kehendak dan
kebijaksanaan-Nya telah menciptakan makhluk-mkhluk yang di tempatkan di alam
pencipta-Nya. Manusia di antara makhluk Allah Swt dan menjadi hamba Allah Swt.
Sebagai hamba Allah yang tanggung jawab adalah amat luas di dalam kehidupannya,
meliputi semua keadaan dan tugas yang di tentukan kepada-Nya.
Tanggung jawab manusia secara umum
digambarkan oleh Rasulullah Saw di dalam hadis berikut :
Dari Ibnu Umar RA : “Saya Mendengar
Rasulullah Saw bersabda yang bermaksud: “Semua orang dari engkau sekalian
adalah pengembala dan dipertanggung jawabkan terhadap apa yang di gembalanya.
Seorang lelaki adalah pengembala dalam keluarganya dan akan di Tanya tentang
pengembalanya. Seorang isteri adalah pengembala di rumah suamina dan akan
ditanya tentang pengembalanya. Seorang khadam juga pengembalanya dalam harta
tuannya dan akan di Tanya tentang pengembalanya. Maka semua dari kamu sekalian
adalah pengembala dan akan di Tanya tentang pengembalanya.”
Allah menciptakan manusia ada tujuan-tujuannya yang tertentu. Manusia di
ciptakan untuk di kembalikan semula kepada Allah dan setiap manusia akan di
Tanya atas setiap usaha dan amal yang di lakukan selama hidup di dunia. Apabila
pengakuan terhadap kenyataan dan hakikat wujudnya hari pembalasan telah di buat
maka tugas yan diwajibkan ke atas dirinya perlu dilaksanakan.
BAB III
A.
Kesimpulan
Manusia diciptakan Allah Swt.
Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga
akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan.
Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan
Allah Swt.
Sebagai makhluk yang dibekali dengan
berbagai kelebihan jika dibandingan denagn makhluk lain, sudah sepatutnya
manusia mensyukuri anugrah tersebut dengan berbagai cara, diantaranya dengan
memaksimalkan semua potensi yang ada pada diri kita. Kita juga dituntut untuk
terus mengembangkan potensi tersebut dalam rangka mewujudkan tugas dan tanggung
jawab manusia sebagai makhluk dan khalifah di bumi.
Manusia
diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah. Namun, manusia juga memiliki
sifat pelupa sehingga kadang lupa siapa dirinya dan untuk apa dirinya berada di
muka bumi ini. Sesungguhnya Allah menciptakan manusia sebagai khalifah bukan
untuk melakukan kerusakan di muka bumi ini. Tugas manusia adalah menebar kebaikan
serta menjaga keseimbangan alam semesta
DAFTAR
PUSTAKA
H.S, Nasrul,dkk. 2011. Pendidikan
Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum.Padang: UNP press
http://www.scribd.com/doc/22940959/Makalah-Agama-Islam-Hakikat-Manusia-Dalam-Islam
http://www.asni_rasyid.com/Makalah-agama-Hakikat-Manusia-Dalam-Islam
0 komentar nya:
Post a Comment