BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Ilmu lingkungan adalah
salah satu ilmu yang mengintegrasikan berbagai ilmu yang mempelajari jasad
hidup (termasuk manusia) dengan lingkungannya, antara lain aspek sosial,
ekonomi, kesehatan, pertanian, sehingga ilmu ini dapat dikatakan sebagai poros,
tempat berbagai azas dan konsep berbagai ilmu yang saling terkait satu sama
lain untuk mengatasi masalah hubungan antara jasad hidup dengan lingkungannya.
Azas didalam suatu ilmu
pada dasarnya merupakan penyamarataan kesimpulan secara umum, yang kemudian
digunakan sebagai landasan untuk menguraikan gejala (fenomena) dan situasi yang
lebih spesifik. Azas dapat terjadi melalui suatu penggunaan dan pengujian
metodologi secara terus menerus dan matang, sehingga diakui kebenarannya oleh
ilmuwan didunia ini. Tetapi ada pula azas yang hanya diakui oleh sekelompok
ilmuwan tertentu saja, karena Azas ini hanya merupakan
penyamarataan secara empiris saja dan hanya benar pada situasi dan kondisi
tertentu saja, sehingga terkadang azas ini menjadi bahan pertentangan.
Azas di dalam
suatu ilmu yang sudah berkembang digunakan sebagai landasan yang kokoh dan kuat
untuk mendapatkna hasil. Teori dan model seperti pada ilmu lingkungan. Untuk
menyaikan azas dasar ini dilakukan dengan mengemukaka kerangka teorinya
terlebih dahulu, kemudian setelah di pahami pola dan organisasi pemikiran yang
baru dikemukakan fakta-fakta yang mendukung dan didukung, sehingga azas-azas di
sini sebenarnya merupakan satu kesatuan yang paling terkait dan tidak di
pisahkan satu sama lain
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa saja azas-azas mengenai sumber daya alam ?
2. Apa saja azas-azas mengenai stabilitas sistem ekologi ?
3. Apa saja azas-azas mengenai fluktuasi populasi ?
4. Bagaimana rantai dan jaringan makanan ?
5. Apa saja yang ada pada rantai dan jaringan makanan ?
1.3
Tujuan
1. Memahami dan mengetahui azas-azas mengenai sumber daya
alam,
2. Memahami dan mengetahui azas-azas mengenai stabilitas
sistem ekologi,
3. Memahami dan mengetahui azas-azas mengenai fluktuasi
populasi,
4. Mengenal dan memahami rantai serta jaringan makanan ?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Azas-Azas
Mengenai Sumber Daya Alam
Sebelum kita mengetahui azas-azs
sumber daya alam, sebelumnya kita ketahui dulu pengertian azas. Azas menurut
Soeriatmadja (1981) adalah penyamarataan kesimpulan secara umum, yang kemudian
digunakan sebagai landasan
untuk menguraikan gejala(fenomena) dan situasi yang lebih spesifik. Dan menurut
Arief(1994) yang menyatakan bahwa azas dihasilkan dari pengamatan, penelaahan
dan penelitian. Azas selanjutnya menjadi landasan pengetahuan. Sedangkan Sumber
daya alam adalah segala sesuatu yang ada di alam dan dimanfaatkan untuk
kebutuhan manusia.
Azas-azas yang berkaitan dengan
sumber daya alam adalah azas-azas yang berhubungan dengan materi, energy,
ruang, waktu dan keanekaragaman (Soeriaatmadja, 1981).
Adapun azas-azas
mengenai sumber daya alam diantaranya :
Ø Azas 1
·
Semua energi yang memasuki sebuah organisme hidup, populasi atau
ekosistem dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan.
·
Energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain tetapi tidak
dapat hilang, dihancurkan atau diciptakan. (HUKUM
TERMODINAMIKA I).
Penjelasan
Azas ini serupa dengan hukum
Termodinamika I, yang sangat fundamental dalam fisika. Azas ini dikenal sebagai
hukum konservasi energi dalam persamaan matematika. Contoh : Banyaknya kalori, energi yang
terbuang dalam bentuk makanan diubah oleh jasad hidup menjadi energi untuk
tumbuh, berbiak, menjalankan proses metabolisme, dan yang terbuang sebagai
panas.
Ø
Azas 2
Tak ada sistem pengubahan
energi yang betul-betul efisien.
Penjelasan:
Asas ini sama dengan hukum Thermodinamika II, yang
berarti penggunaan energi tak pernah mencapai 100% ada yang tak termanfaatkan.
Namun energi tersebut tak hilang dari alam, energi tersebut akan terus diubah
dalam bentuk yang tidak dimanfaatkan à
entropi. Contoh: pada piramida makanan,
tingkatan konsumen yang paling bawah mendapatkan asupan energi yang
banyak, sebaliknya konsumen paling atas hanya mendapatkan sedikit,
disamping itu pada setiap tingkatanpun energi tidak dimanfaatkan secara efisien
(banyak terbuang).
Ø
Azas 3
Materi, energi, ruang,
waktu, dan keanekaragaman, termasuk kategori sumber daya alam.
Penjelasan :
Pengubahan energi oleh sistem biologi harus
berlangsung pada kecepatan yang sebanding dengan adanya materi dan energi di
lingkungannya. Pengaruh ruang secara
asas adalah beranalogi dengan materi dan energi sebagai sumberalam.
Contoh :
·
Ruang yang sempit: dpt mengganggu
proses pembiakan organisme dg kepadatan tinggi.
·
Ruang yang terlaluluas: jarak antar
individu dalam populasi semakin jauh, kesempatan bertemu antara jantan dan
betina semakin kecil sehingga pembiakan akan terganggu.
·
Jauh dekatnya jarak sumber makanan
akan berpengaruh terhadap perkembangan populasi.
Ø
Azas 4
Untuk
semua kategori sumber alam, kalau pengadaannya sudah mencapai optimum, pengaruh
unit kenaikannya sering menurun dengan penambahan sumber alam itu sampai ke
suatu tingkat maksimum. Melampaui batas maksimum ini tak akan ada pengaruh yang
menguntungkan lagi.
Penjelasan :
Pengadaan sumber alam
mempunyai batas optimum, yang berarti pula batas maksimum, sebagaimana batas
minimum pengadaan sumberalam akan mengurangi daya kegiatan sistem biologi. Contoh :
Pada keadaan lingkungan yang sudah stabil, populasi
hewan atau tumbuhannya cenderung naik-turun (bukan naik terus atau turun
terus). Maksudnya adalah akan terjadi pengintensifan perjuangan hidup,
bila persediaan sumberalam berkurang. Tetapi sebaliknya, akan terdapat ketenangan
kalau sumberalam bertambah.
Ø Azas 5
Ada dua jenis sumber alam
dasar, yaitu sumber alam yang pengadaannya dapat merangsang penggunaan
seterusnya, dan yang tidak mempunyai daya rangsang penggunaan lebih lanjut.
Contoh:
Suatu jenis
hewan sedang mencari berbagai sumber makanan. Kemudian di dapatkan suatu jenis
tanaman yang melimpah di alam, maka hewan tersebut akan memusatkan perhatiannya
kepada penggunaan jenis makanan tersebut. Dengan demikian kenaikan sumber alam
(makanan) mersangsang kenaikan pendayagunaan.
2.2 Azas-Azas Mengenai Stabilitas Sistem Ekologi
Adapun
azas-azas mengenai Stabilitas Sistem Ekologi diantaranya :
Ø Azas 9
Keanekaragaman
komunitas apa saja sebanding dengan biomasa dibagi produktivitas.
Penjelasan :
Asas ini mengandung arti, bahwa efisiensi penggunaan aliran energi dalam
sistem biologi akan meningkat dengan meningkatnya kompleksitas organisasi
sistem biologi dalam suatu komunitas.
Ø Azas 10
Dalam lingkungan
stabil perbandingan antara biomasa dengan produktivitasdalam perjalanan waktu
naik mencapai asimtoot.
Penjelasan :
Sistem biologi menjalani evolusi
yang mengarah kepada peningkatan efisiensi penggunaan energi dalam lingkungan
fisik yang stabil, dan memungkinkan berkembangnya keanekaragaman.Contoh : Hewan
Homoiotermis pada iklim dinginlebih besar ukuran tubuhnya.
Ø
Azas 11
Sistem yang sudah mantap (dewasa)
mengeksploitasi sistem yang belum mantap (muda).
Penjelasan :
Ekosistem, populasi
atau tingkat makanan yang sudah dewasa memindahkan energi, biomasa, dan
keanekaragaman dari tingkat organisasi yang belum dewasa.
Dengan kata lain,
energi, materi, dan keanekaragaman mengalir menuju ke arah organisasi yang
lebih kompleks. (Dari subsistem yang rendah keanekaragamannya ke subsistem yang
tinggi keanekaragamannya).
Anak muda pidah ke
kota besar yang mimiliki keanekaragaman lebih baik.
Contoh
: Hutan dan Ladang ; Desa dan Kota.
Ø
Azas 12
Kesempurnaan adaptasi
suatu sifat atau tabiat bergantung kepada kepentingan relatifnya di dalam
keadaan suatu lingkungan.
Penjelasan :
Populasi
dalam lingkungan dengan kemantapan ekosistem dan kestabilan habitat yang cukup
lama, tak perlu berevolusi untuk meningkatkan kemampuannya beradaptasi dengan
keadaan yang tidak stabil (sifat responsifnya tidak diperlukan).
2.3
Azas-Azas
Mengenai Fluktuasi Populasi
Fluktuasi
populasi adalah gejala yang tidak pasti(yang dapat mengalami perubahan
naik/turunnya) dari banyaknya jumlah penduduk/orang. Asas-asas ini dikemukakan oleh
Watt (1973 ) dan Soeriaatmadja (1977 ),meliputi :
- “
Lingkungan yang secara fisik mantap kemungkinan terjadinya penimbunan
keanekaragaman biologi dalam ekosistem yang mantap ( dewasa ) yang
kemudian dapat menggalakkan kemantapan populasi “
- Kemantapan
lingkungan fisik merupakan syarat bagi penimbunan kompleksitas organisasi
dan keanekaragaman biologi.
- “ Derajat
pola keteraturan untuk naik turunnya populasi bergantung pada jumlah
keturunan dalam sejarah polpulasi sebelumnya yang nantinya akan
mempengaruhi populasi itu “
- Ekosistem
memperlihatkan aspek sejarah : masa sekarang ditentukan masa lalu dan masa
yang akan datang ditentukan oleh masa sekarang ( Smith , 1977 )
Azas-azas mengenai stabilitas fluktuasi populasi
diantaranya :
Ø Azas
13
Lingkungan yang secara
fisik mantap memungkinkan terjadi penimbunan keanekaragaman biologi dalam
ekosistem yang mantap, yang kemudian dapat menggalakkan kemantapan poplasi
lebih jauh lagi.
Penjelasan :
Sistem biologi menjalani evolusi yang mengarah kepada peningkatan efisiensi
penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang stabil, dan memungkinkan
berkembangnya keanekaragaman.
Ø Azas
14
Derajat pola keteraturan
turun naiknya populasi bergantung kepada jumlah keturunan dalam sejarah
populasi sebelumnya yang nanti akan mempengaruhi populasi itu.
Penjelesan :
Asas ini
merupakan kebalikan dari asas ke 13, tidak adanya keanekaragaman yang tinggi
pada rantai makanan dalam ekosistem yang belum mantap, menimbulkan derajat
ketidakstabilan populasi yang tinggi.
Ciri-Ciri Lingkungan/ Komunitas yang baik:
1.
Jumlah jalur energi yang masuk
melalui ekosistem meningkat (banyak),
2.
Lingkungan fisik mantap
(mudah“diramal”),
3.
Sistem control umpan balik
(feedback) komunitas sangat kompleks,
4.
Efisiensi penggunaan energy, dan
5.
Tingkat keanekaragaman tinggi.
2.4 Rantai
dan Jaringan Makanan
A. Rantai Makanan
Secara etimologis, rantai makanan dapat
diartikan sebagai rangkaian yang tak terputus dari kegiatan makan-memakan.
Menurut Campbell a food chain is the sequence of food transfer
from tropic level to tropic level.Rantai makanan diartikan sebagai urutan
perpindahan makanan dari taraf trofi ke taraf trofi lainnya. Pendapat lain
mengatakan bahwa rantai makanan adalah perpindahan materi dan energi melalui
proses makan dan dimakan dengan urutan tertentu. Sedangkan menurut
Prawirohartono (2004: 124), Rantai makanan adalah peristiwa memakan dan dimakan dengan
urutan dan arah tertentu. Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa rantai makanan adalah kegiatan makan-memakan antara
organisme yang di dalamnya terjadi perpindahan materi atau energi.
Baik dalam rantai
makanan maupun jaring-jaring makanan, terdapat beberapa istilah yang harus kitaketahui yakni :
a.
Produsen
Merupakan kelompok pertama dari rantai makanan yang biasanya
terdiri atas tumbuh-tumbuhan hijau, yang mengkonversi sebagian energi dari
matahari (melalui fotosintesis) melalui molekul-molekul organik yang digunakan
dan disimpan dalam jaringannya. Pada ekosistem air, produsen utamanya adalah alga,
sering dalam bentuk uniseluler yang membentuk fitoplankton.
b.
Konsumen
Merupakan hewan-hewan yang memakan tumbuhan hijau dan juga yang
memakan satu sama lain. Konsumen primer adalah herbivora yang memakan
tumbuh-tumbuhan produsen primer. Konsumen sekunder memakan konsumen primer, dan
diikuti oleh konsumen tersier, kuartener, dan seterusnya dalam rantai
makanan.
c.
Dekomposer
(pengurai)
Terdiri atas bakteri, jamur (fungi), tumbuhan atau hewan yang
memakan organisme mati dan melepaskan zat-zat organik yang dihasilkan dari
organisme itu ke rantai makanan.
Contohnya
seekor rusa yang mati di padang rumput mungkin akan digerogoti oleh
spesiespesies pemakan bangkai seperti burung bangkai dan gagak. Zat-zat yang
tidak dimakan mengalami penguraian oleh bakteri dan jamur, sehingga
bagian-bagian bangkai yang tidak dimakan oleh burung gagak, menjadi tersedia
bagi organisme-organisme lain.
Konsumen tingkat pertama juga disebut konsumen primer, dan konsumen tingkat ketiga disebut konsumen tersier. Tingkatan-tingkatan ini disebut trofik. Konsumen puncak merupakan konsume terakhir dan bila mati akan diuraikan oleh dekomposer. Contoh rantai makanan adalah sebagai berikut:
contoh
1 :Rantai makanan detritus (detritus food chain)
Detrivitor adalah organisme yang memakan partikel-partikel organik atau
deutritus.
Keterangan
:
- Tumbuhan menggunakan sinar
matahari untuk menghasilkan makanan dalam bentuk gula, dan disimpan dalam dalam
biji, batang, buah, dan bagian lainnya.
- Tikus sebagai konsumen tingkat
I {hewan herbivora/pemakan tumbuhan} memakan tumbuhan. Kemudian tubuh
tikus mengubah sejumlah makanan menjadi energi untuk lari, makan, dan
bereproduksi.
- Ular sebagai konsumen tingkat
II {hewan karnivora/pemakan daging} memakan tikus. Tikus merupakan sumber
energi untuk ular agar tetap hidup.
- Burung Elang sebagai konsumen
III/konsumen puncak (karnivora) memakan ular. Tubuh elang menggunakan
energi yang tersedia dari ular untuk melangsungkan proses kehidupan.
Jika elang mati, maka akan diuraikan oleh bakteri, cacing, dan lainnya yang berperan sebagai dekomposer untuk diubah menjadi zat hara yang akan dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang.
contoh 2 :Rantai
makanan perumput (grazing food chain)Adalah rantai makanan yang dimulai
dari tumbuhan sebagai produsen.
Keterangan
:
- Pada tingkat trofik pertama
adalah organisme yang mampu menghasilkan zat makanan sendiri yaitu
tumbuhan hijau atau organisme autotrof yang sering disebut produsen.
Terlihat pada gambar bahwa rumput dimakan belalang. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa rumput bertindak sebagai produsen.
- Organisme yang menduduki
tingkat tropik kedua disebut konsumen primer (konsumen I). Konsumen
I biasanya diduduki oleh hewan herbivora. Terlihat pada gambar bahwa
belalang dimakan katak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa belalang sebagai
konsumen I (Herbivora).
- Organisme yang menduduki
tingkat tropik ketiga disebut konsumen sekunder (Konsumen II), diduduki
oleh hewan pemakan daging (karnivora). Terlihat pada gambar bahwa katak
dimakan ular. Sehingga dapat disimpulkan bahwa katak sebagai konsumen II
(karnivora).
- Organisme yang menduduki
tingkat tropik tertinggi disebut konsumen puncak. Terlihat pada gambar
bahwa ular sebagai konsumen III/konsumen puncak (karnivora).
- Jika ular mati, maka akan
diuraikan oleh jamur yang berperan sebagai dekomposer yang mengubah ular
yang mati itu menjadi zat hara yang akan dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk
tumbuh dan berkembang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jamur berperan
sebagai dekomposer.
B. Jaring-jaring makanan
Dalam
ekosistem, suatu organisme tidak hanya makan satu jenis makanan saja, dan juga
dapat dimakan oleh beberapa jenis pemangsa. Oleh karena itu terjadi beberapa
rantai makanan yang saling berhubungan. Sekumpulan rantai makanan yang saling
berhubungan ini disebut dengan jaring-jaring makanan.
Dalam ekosistem
rantai makanan–rantai makanan itu saling berkaitan. Kebanyakan sejenis hewan
memakan beragam, dan makhluk tersebut pada gilirannya juga menyediakan makanan
untuk berbagai makhluk yang memakannya, maka terjadi yang dinamakan jaring –
jaring makanan (food web). Jaring-
jaring makanan merupakan rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu
sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperi jaring-jaring.
Jaring-jaring makanan terjadi karena setiap jenis makhluk hidup tidak hanya
memakan atau dimakan oleh satu jenis makhluk hidup lainnya.
Menurut
Prawirohartono (2004: 126), dalam ekosistem terdapat banyak rantai makanan yang
saling bertautan sehingga membentuk suatu jaring-jaring makanan. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa jaring-jaring makanan adalah sekumpulan rantai makanan yang
saling berhubungaan.
Jaring-jaring makanan adalah gabungan dari rantai-rantai
makanan yang berhubungan dikombinasikan atau digabung, yang tumpang tindih
dalam ekosistem. Pada contoh diatas terdapat 5 rantai makanan yang bergabung
menjadi suatu ekosistem yaitu menjadi sebuah jaring-jaring makanan.
Contoh jaring-jaring
makanan adalah sebagai berikut:
contoh 1 :
Rantai
makanan itu diantaranya adalah :
6.
bunga ulat burung pipit elang
7.
Ulat burung pipit elang
8.
Sawi belalang burung pipit elang
9.
sawi belalang katak elang
10.
sawi tikus elang
Keterangan
:
Pada contoh diatas terdapat 5 rantai
makanan yang bergabung menjadi suatu ekosistem yaitu menjadi sebuah
jaring-jaring makanan. Pada tingkat trofik pertama adalah organisme yang
mampu menghasilkan zat makanan sendiri yaitu tumbuhan hijau atau organisme
autotrof yang sering disebut produsen. Terlihat pada gambar bahwa yang
bertindak sebagai produsen adalah bunga dan sawi. Organisme yang menduduki
tingkat tropik kedua disebut konsumen primer (konsumen I). Konsumen I
biasanya diduduki oleh hewan herbivora. Terlihat pada gambar bahwa yang berperan
sebagai konsumen I (Herbivora) adalah ulat, belalang, dan tikus. Organisme
yang menduduki tingkat tropik ketiga disebut konsumen sekunder (Konsumen II),
diduduki oleh hewan pemakan daging (karnivora). Terlihat pada gambar bahwa yang
bertindak sebagai konsumen II (karnivora) adalah burung pipit dan
katak. Organisme yang menduduki tingkat tropik tertinggi disebut konsumen
puncak. Terlihat pada gambar bahwa burung elang bertindak sebagai konsumen
III/konsumen puncak (karnivora).
Ø Pada tingkat trofik pertama adalah
organisme yang mampu menghasilkan zat makanan sendiri yaitu tumbuhan hijau atau
organisme autotrof yang sering disebut produsen. Terlihat pada gambar bahwa
yang bertindak sebagai produsen adalah bunga dan sawi.
Ø Organisme yang menduduki tingkat
tropik kedua disebut konsumen primer (konsumen I). Konsumen I biasanya
diduduki oleh hewan herbivora. Terlihat pada gambar bahwa yang berperan sebagai
konsumen I (Herbivora) adalah ulat, belalang, dan tikus.
Ø Organisme yang menduduki tingkat
tropik ketiga disebut konsumen sekunder (Konsumen II), diduduki oleh hewan
pemakan daging (karnivora). Terlihat pada gambar bahwa yang bertindak sebagai
konsumen II (karnivora) adalah burung pipit dan katak.
Ø Organisme yang menduduki tingkat
tropik tertinggi disebut konsumen puncak. Terlihat pada gambar bahwa burung
elang bertindak sebagai konsumen III/konsumen puncak (karnivora).
contoh
2 :
Rantai
makanan itu diantaranya adalah :
1.
pohon ulat ayam elang
2.
pohon ulat ayam ular
3.
pohon ulat katak elang
4.
pohon ulat katak ular
5.
pohon belalang ayam ular
6.
pohon belalang ayam elang
7.
pohon belalang katak elang
8.
rumput ulat ayam elang
9.
rumput ulat ayam ular
10.
rumput ulat katak elang
11.
rumput ulat katak ular
12.
rumput belalang ayam ular
13.
rumput belalang ayam elang
14.
rumput belalang katak elang
15.
rumput belalan katak ular
16.
rumput tikus ular
Kenyataannya
dalam satu ekosistem tidak hanya terdapat satu rantai makanan, karena satu
produsen tidak selalu menjadi sumber makanan bagi satu jenis herbivora,
sebaliknya satu jenis herbivora tidak selalu memakan satu jenis produsen.
Dengan demikian, di dalam ekosistem terdapat rantai makanan yang saling
berhubungan membentuk suatu jaring-jaring makanan. Pada tingkat trofik pertama
adalah organisme yang mampu menghasilkan zat makanan sendiri yaitu tumbuhan
hijau atau organisme autotrof yang sering disebut produsen. Terlihat pada
gambar bahwa yang bertindak sebagai produsen adalah pohon dan
rumput. Organisme yang menduduki tingkat tropik kedua disebut
konsumen primer (konsumen I). Konsumen I biasanya diduduki oleh hewan
herbivora. Terlihat pada gambar bahwa yang berperan sebagai konsumen I
(Herbivora) adalah ulat, belalang, dan tikus. Organisme yang menduduki
tingkat tropik ketiga disebut konsumen sekunder (Konsumen II), diduduki oleh
hewan pemakan daging (karnivora). Terlihat pada gambar bahwa yang bertindak
sebagai konsumen II (karnivora) adalah ayam dan katak. Organisme yang
menduduki tingkat tropik tertinggi disebut konsumen puncak. Terlihat pada
gambar bahwa burung elang dan ular bertindak sebagai konsumen III/konsumen
puncak (karnivora).
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Azas-azas
pengetahuan lingkungan yang akan dibahas pada makalah ialah mengenai azas-azas
sumber daya alam,azas-azas stabilitas sistem ekologi, fluktasi populasi dan
juga membahas mengenai rantai dan jaring makanan.
Azas yang
berkaitan dengan sumber daya alam adalah azas-azas yang berhubungan dengan
materi, energy, ruang, waktu dan keanekaragaman
Rantai makanan
adalah kegiatan makan-memakan antara organisme yang di dalamnya terjadi
perpindahan materi atau energi. Berdasarkan jenis rantai makanan dibedakan atas dua tipe yaitu rantai
makanan perumput dan rantai makanan detritus.
Jaring-jaring
makanan adalah kumpulan antara berbagai rantai makanan yang saling berhubungan
dalam suatu ekosistem.Dalam suatu ekosistem terjadi interaksi dan kesalingtergantungan
antar organisme dalam kelangsungan hidupnya.
3.1 Saran
Berdasarkan
materi yang telah dibahas yaitu mengenai azas-azas pengetahuan lingkungan
diharapkan kepada kita semua dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kritik dan saran dalam pembuatan makalah kami ini sangat kami harapkan, agar
dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa menjadi pedoman untuk menjadi yang
lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Tirtharaharja,
Umar. 2005. Sumber Daya Alam. Jakarta:Bumi Aksara
Sulkarnain, H.
2009. Populasi . Jakarta: Bumi Perkasa
Hanum, Chairil.
2009. Ekologi Tanaman. Medan: USU Press
Tandjung, S.D., 1999, Pengantar Ilmu Lingkungan,
Laboratorium Ekologi, Fakultas Biologi, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
0 komentar nya:
Post a Comment